Selasa, 03 November 2015

Museum Wayang di Kota Tua Jakarta

Tinggal di Jakarta 13 tahun yang lalu, namun belum sekalipun melihat Kota Tua Batavia, ada apa gerangan disana ? Kakipun melangkah dalam terik mentari siang, berkat undangan seorang kawan yang sama2 sekampung, untuk melihat pertunjukan wayang kulit dengan Dalang dari Banjarnegara, ah lupa namanya, tapi saking penasarannya dengan Kota Tua, maka undangan itu saya datangi.

Kami pergi kesana bertiga, dengan teman juga yang sekampung dan anak saya. Menuju Kota Tua lebih efisien pakai KRL, pagi2 jam 9 pun, di hari Minggu ketika itu kami pergi ke Stasiun Bekasi untuk menuju Stasiun Kota. Begitu sampai di Stasiun Kota, kami langsung menuju Museum Wayang yang ada di kawasan Kota Tua Batavia. Museum ini berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara, Ibu Kota Jakarta. Di dalam museum ini disajikan berbagai macam jenis wayang dari seluruh dunia termasuk Indonesia seperti wayang yang terbuat dari kulit atau kayu. Ada juga beberapa boneka dari Thailand, Tiongkok, Eropa, India, dan masih banyak lagi.
Memang sejak kecil saya suka nonton wayang kulit, dulu sering nonton di balai desa ikut Alm Ibu, jadi sampai sekarang masih rada2 ingat tokoh2 pewayangan, serta cerita2 yang dimainkan. Apalagi jika Dalangnya bagus, akan menambah semangat untuk nontonnya, biar sampai pagi juga di jalanin.
Kalau wayang kali ini siang hari, tujuannya adalah untuk memperkenalkan salah satu budaya Jawa, dan sekaligus untuk mengisi kegiatan di Museum Wayang Kota Tua. Bagi warga Banyumas terutama, agar kebudayaan lama ini bisa bertahan di kalangan muda, maka anak2 mudanya diajak ikut serta, bahkan didirikan Paguyuban Pencinta Wayang. Dan mereka juga tampak antusias bahkan ikut serta menari ketika pertunjukan lawak pada episode Punokawan muncul. 


Jujur saya salut kepada anak2 muda ini, dan rada terharu, karena sebagai anak muda masih mau melestarikan budaya Jawa, gimana dengan saya yang lebih tua dari mereka ? Harusnya memberi contoh,,,

Karena pertunjukan siang hari, maka cerita yang diambil juga yang singkat2 saja, sehingga begitu pertunjukan selesai, saya memanfaatkan waktu untuk melihat-lihat museum wayang, karena tiket masuknya sekaligus, tiket nonton dan tiket museum.
Patung ondel2 di ruangan depan museum menjadi sasaran foto kami. Ondel2 sebagai ikon Betawi / Jakarta selalu tampil di manapun,  di setiap tempat keramaian bahkan mall2 sekalipun. Sekali lagi, tentu maksudnya adalah pelestarian budaya Nusantara.
Tepat didepan tangga menuju ruang dalam musem ketemu dengan wayang golek dari Jawa Barat. Kalau wayang golek dengan wayang kulit purwa (begitu istilahnya) mempunyai cerita yang sama, hanya bentuk wayangnya yang dibuat berbeda, disesuaikan dengan daerah asalnya.

Jenis wayang di museum ini terbagi atas empat yaitu wayang kulit, golek, klitik, dan mainan. Kategori wayang kulit terbagi menjadi wayang kulit Banyumas, Bali, Banjar, Betawi, Calon Arang, Cirebon, Gedog, Kancil, Kaper, Kedu, Kidang Kencana, Kyai Intan, Madya, Mojokerto, Purwa Ngabean, Revolusi, Sadat, Sasak, Suluh, Sumatera, Tejokusuman, dan Ukur. Sementara Wayang Golek terbagi lagi menjadi Wayang Golek Bogor, Bandung, Ciawi, Lenong Betawi, Menak Cirebon, Mini Bandung, dan Pakuan. Wayang Golek ini merupakan wayang terbuat dari kayu ukir dan diwarnai. Bila wayang kulit berbentuk pipih, wayang golek berbentuk 3D yang menyerupai patung. Selain wayang, Museum Wayang juga memamerkan koleksi topengnya. Topeng berupa penutup wajah ini dahulunya digunakan sebagai alat untuk berhubungan langsung dengan arwah leluhur. Ada lima jenis topeng yang dipamerkan yaitu Topeng Bali, Cirebon, Surakarta, Jogja, dan Malang.

Museum wayang ini dulunya adalah bangunan yang dipakai oleh Pemerintahan Belanda yang menjajah Batavia, jadi sudah sangat tua sekali, orang bilang bangunan ini angker, karena di museum ini terdapat makam Jan Pieterszoon Coen (Gubernur Jenderal VOC), seorang tokoh penjajah yang kejam, meninggalnyapun karena terbunuh, dan konon menurut cerita banyak orang, arwahnya masih bergentayangan dan menampakan diri. (Wallahu a'lam). Tak usah diteruskan cerita horornya yaah,,,serem sendiri bacanya,,,xixixiixi



Karena merasakan hawa yang kurang enak gara2 mendengar cerita horor itu, akhirnya kamipun meninggalkan ruangan musium wayang dengan buru2, sementara ruangan lain belum sempat kami lihat satu persatu. Mungkin lain waktu bisa kami kunjungi lagi sambil melihat lokasi lainnya.


Karena memang di Kota Tua banyak sekali tempat2 bersejarah lainnya antara lain Museum Sejarah Jakarta/Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Syahbandar dan Museum Bahari. Namun karena hari sudah mulai sore, maka kami hanya menyempatkan waktu untuk berkeliling naik sepeda tua di halaman Museum Fatahillah.

Sepeda yang berwarna-warni inilah yang merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung, mengingat bentuknya yang sudah antik dan topinya beraneka warna seperti layaknya noni2 Belanda jaman dulu. Sewa sepeda disini Rp. 20.000 selamat 30 menit, cukup puas untuk mengelilingi lapangan yang tidak begitu luas itu.

Ada yang sempat menarik perhatian kami, dimana di tengah halaman ini ada sesosok manusia dengan kostum Tentara yang sedang memanggul senjata, posisinya seperti duduk, tapi setelah saya lihat tidak ada kursi dibawahnya, saya begitu terkesima sehingga lupa tidak bertanya bagaimana dia bisa duduk bertahan segitu lamanya ? Mengagumkan....jangan2 pakai maghnit ya sepatunya ????


Kemegahan Museum Sejarah Jakarta menjadi lambang Kawasan Kota Tua. Sayangnya banyak masyarakat yang tak mengetahui nama asli museum ini. Ya, memang banyak orang yang lebih mengenal museum ini dengan nama Museum Fatahillah. Padahal Fatahillah ialah nama jalan yang menjadi lokasi museum, yaitu Jl. Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat.


Namun museum ini tetap dikenal dengan Museum Fatahillah, karena letaknya di Jalan Taman Fatahillah dan sekaligus mengenang pahlawan Fatahillah yang memberi nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada tanggal 22 juni 1527 yang sekarang jadi ulang tahun kota Jakarta.


HHHmmmmmm,,,ternyata tidak cukup satu hari untuk mengunjungi kota tua yang legendaris ini, sebenarnya kami belum puas, namun apa daya, hari sudah semakin senja, cerita horor tadi sangat mempengaruhi kami,,,,kayaknya kami mau pulang sajaaaaaa,,,,,atuuuutttttt,,,,,!!

So, sampai sini dulu ya kawans,,,lain waktu disambung lagi dengan cerita yang lebih seru,,,

Salam Jalan2 Yuuukkkkk,,,,!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar