Rabu, 04 November 2015

DIENG - Negeri Di Atas Awan

Dieng merupakan dataran tinggi di Jawa Tengah yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, sehingga jika sedang menuju Dieng akan tampak dua buah gunung kembar ini. 


Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Walau ketinggiannya tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 2.000 m di atas permukaan laut, namun jika kita melakukan pendakian ke tempat yang paling tinggi akan cukup menguras tenaga yang lumayan capai. 

Sangat banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi disini, namun karena keterbatasan waktu, maka tempat yang dikunjungi akhirnya disesuaikan, yang mudah dijangkau dan yang tidak terlalu memakan waktu lama, dengan kata lain cukup dinikmati di akhir pekan saja, jadi tidak harus bolos dari kantor.

Seperti ketika saya mudik ke Banyumas hari Sabtu Minggu, saya sempatkan untuk main ke Dieng, kurang lebih kalau dari Banyumas ditempuh dalam waktu 2,5 jam, dengan menggunakan kendaraan roda 4, entah kalau naik angkutan umum, biasanya akan lebih lama karena harus singgah ke terminal2 bus.  


Jalan menuju Dieng juga ada beberapa jalur, kami lalui jalur Banjarnegara-Wonosobo-Karangkobar-Dieng. Kami kesana sebelum terjadi tanah longsor di Karangkobar beberapa bulan yang lalu. Astaghfirullahal'adziim, ngeri jika membayangkan kembali peristiwa itu, karena jalan yang longsor telah kami lalui, bersyukur ketika kami melalui jalan itu tidak terjadi apa-apa. 

Jalanan mulai berkelok-kelok kalau sudah di Karangkobar, menaik sedikit lagi sudah terlihat hamparan sayur mayur yang menghijau, mata jadi adem jika melihat yang hijau2 begini.


Jika sudah ketemu dengan plang selamat datang, maka sudah sampailah kita di kawasan Dieng, hati serasa lega, karena sudah tidak was2 lagi merasakan perjalanan yang naik turun dan kelok2.

Biasanya orang akan mencari dulu apa yang disebut Telaga Warna, walau sebenarnya sangat banyak telaga disana, namun yang paling terkenal adalah Telaga Warna ini, disamping mudah dijangkau, juga karena paling besar dan paling bagus. Kenapa disebut Telaga Warna, karena airnya bisa berubah-ubah tergantung sinar matahari yang menyinarinya, sinar matahari akan bereaksi dengan sulfur yang ada di dalam telaga ini, sehingga air akan berubah-ubah kadang berwarna kuning, hijau, biru dan gradasinya sangat lembut, di tengah tela ini nampak air seperti mendidih dan mengeluarkan asap belerang. Makanya kita tidak bisa lama2 bertahan disini, karena mata akan menjadi perih kena asap itu.


Untuk bisa mengambil gambar Telaga Warna secara utuh bisa naik ke Gardu Pandang di sekitar telaga ini, nanti akan nampak jelas 2 buah telaga yang berbeda warnanya. (Sayapun tidak mendapatkan gambar itu, hiks).

Telaga berikutnya yang paling dekat dengan Telaga Warna adalah Telaga Pengilon. Pengilon adalah Bahasa Jawa dari Kaca, kaca itu tidak berwarna alias bening, nah air di telaga Pengilon itu bening bagaikan kaca. Sementara telaga yang disebelahnya (Telaga Warna) sangat berwarna namun telaga Pengilon sama sekali tidak terpengaruh.  Kita hanya berjalan kaki sebentar sampailah ke Telaga Pengilon.


Saking penasarannya dengan nama itu, kami berusaha berkaca lebih tepatnya membuktikan, sebening apa siy air telaga Pengilon ini ? Memang sangat beningn namun sayangnya lokasi di sekitar telaga belum dibangun / ditata dengan apik, tak satupun ada tempat duduk disekitar sini, sehingga pengunjung kurang nyaman dibuatnya, pengunjung tidak bisa berlama-lama disini.


Disekeliling telaga tumbuh rumput liar disana sini, coba dibuat rapih, tentu pengunjung akan betah dudk2 sambil menikmati pemandangan yang super indah itu.
 
Perjalanan kami lanjutkan ke Kawah Sikidang, nama ini juga mengandung arti. Kidang artinya Rusa, Rusa punya ciri khas suka lompat2 kalau jalan, sebentar disini sebentar disana. Sama halnya dengan pusat keluarnya asap belerang di kawah inipun ber-pindah2, lihatlah asap di belakang saya, suatu saat nanti dia akan pindah ke tempat lain, ini bahayanya, karena kita tidak tahu kapan pindahnya. Karena asap yang dikeluarkan kadang mengandung gas beracun, sehingga jika kita kesini disarankan untuk memakai masker.


Bentuk kepundannya tidak seperti gunung2 berapi pada umumnya, tapi dia meluas dan ada di mana2, tak heran jika terjadi bencana bisa menyebabkan orang satu kampung mati keracunan. (Ingat lagunya Ebiet G. Ade tentang bencana Kawah Sinila ???? Kawah Sinila masih dikategorikan bahaya, sehingga pengunjung di larang untuk kesana).



Hari sudah menjelang sore, mari kita berkunjung ke komplek Candi Arjuna, yang merupakan komplek candi terbesar di kawasan Dieng. Karena selain Candi Arjuna juga terdapat Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi ini merupakan candi yang dibuat untuk menyembah Dewa Syiwa. Sementara, Candi Srikandi dibangun untuk menyembah trimurti (tiga dewa) yaitu Syiwa, Brahma, dan Wisnu.
 


Didalam candi ini tidak terdapat arca, sebagian besar arca disimpan di Museum Kallasa, yang letaknya tidak jauh dari kompleks candi. Candi Arjuna, sebagai candi utama di kompleks ini juga diperkirakan sebagai candi tertua, diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno.




Kompleks Candi Arjuna biasa digunakan sebagai tempat pelaksanaan Galungan. Selain itu, kompleks ini kadang juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan ruwatan anak gimbal. Biasanya festival kebudayaan berupa pemotongan rambut gimbal ini diadakan setiap bulan Agustus, festival ini sangat ramai karena disamping ritualnya yang menarik juga banyak hiburan yang dipertontonkan antara lain pelepasan lampion dan musik jazz diatas awan. (Sayang saya belum sempat menyaksikan pertunjukan yang maha dahsyat ini).

Disamping tempat2 wisata yang memang sudah terkenal ini, bagi pencinta bunga juga bisa menikmati indahnya bunga yang sedang mekar disana sini. 




Sungguh amazing bukan wisata Dieng ini ? Akan lebih ajib lagi kalau kita ke Dieng pas lagi musim durian, karena harganya relatif murah dan daging buahnya tebal. Makan 2 butir durian sebesar ini sudah cukup mengenyangkan perut kita. Namun penjual durian biasanya mangkal di kota Wonosobo, ada tempat khusus disana, saya lupa alamatnya. Kalau sudah di dalam kota, bisa sekalian beli oleh2 khas Wonosobo yaitu manisan Carica, yang sangat cucok disantap di siang hari yang panas.

 

 Sampai disini kawans jalan2 kita,,,lain waktu disambung lagi yaaaaa,,,,

Salam jalan2 yuuukkkk,,,,!!!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar