Selasa, 01 Maret 2016

Ternate - Tidore salah satu dari ‘the three golden from the east’ juga disebut sebagai ‘The Spices Island !

Selamat sore Jalan2er,,,?!

Memang ada untungnya simpan foto2 lama, disamping bisa buat hiburan ketika lagi ingat teman, dengan memandangi satu2 wajah teman kita yang sudah belasan bahkan puluhan tahun tidak ketemu, juga bisa bermanfaat untuk menyalurkan hobby menulis seperti saya ini. Gegara teman nyaranin saya untuk berkunjung ke Ternate, akhirnya bongkar2 file, karena saya sudah pernah ke pulau ini 13 tahun yang lalu. Yah,,,,,tahun 2003 kalau saya lihat di detail foto ini, Januari 2003. Berarti waktu anak saya yang kecil masih 2 tahun, wow sudah sangat lama, tapi ingatan saya masih sangat kuat dengan pulau ini.

Berawal ketika saya ditugasi kantor untuk melakukan riset ke Manado, ternyata daerah Ternate dan Tidore masuk dalam wilayah kantor pemasaran Manado, jadi pengambilan sampel bisa ambil di kedua daerah itu dong ? Jadi bukan serba kebetulan, karena setiap hendak melakukan riset tentu sudah dipersiapkan segala sesuatunya sedari Jakarta. 

Dan ketika itu, travelling belum menjadi hobby saya, perjalanan yang saya lakukan hampir ke seluruh wilayah Indonesia semata-mata karena melakukan tugas kantor. Itulah sebabnya tidak banyak foto2 yang saya ambil selama perjalanan tugas saya. 

Untuk menuju Ternate dari Manado, saya menggunakan pesawat WINGS yang isinya hanya 40 penumpang, saya sudah lupa berapa harga tiketnya. Tapi kalau sekarang sudah ada penerbangan langsung Jakarta - Ternate. Tidak ada 1 jam yang diperlukan untuk menuju Ternate, barangkali hanya 45 menit waktu tempuh Manado - Ternate. Begitu mendarat di Bandara Sultan Babullah, terlihat teman kantor sudah standby di pintu keluar. Terasa aneh, gak nyangka kalau saya sudah sampai di Kepulauan Maluku Utara, pulau kecil yang terlihat seperti sebuah noktah saja di peta Indonesia. Subhanallah,,,!!

Kemudian kami diajak makan siang, makanan ala Ternate yang sudah di bayangin adalah menu kepiting kenari, yang kata orang kepitingnya segede bagong, siapa yang gak penasaran coba ?


Mau segede apa kepitingnya juga langsung amblas kalau disantap ramai2. Kepiting kenari beda dengan kepiting rawa yang sering kita makan di Jakarta. Kepiting kenari capitnya sangat besar begitu juga badannya, orang lebih suka makan dengan direbus atau ditumis dengan saus tiram. Kepiting yang masih hidup di simpan di kandang berjeruji dengan dilengkapi kelapa yang masih berkulit. Kelapa adalah makanan kepiting kenari, bayangkan sebesar apa kekuatan capitnya sehingga bisa mengelupas kelapa dan memakan daging buahnya. Untuk mendapatkannya juga sulit, biasanya orang2 berburu kepiting di malam hari ketika si kepiting sedang mencari makanan di sekitar pohon kelapa / di pinggir pantai. 

Sehabis makan siang kami melanjutkan perjalanan menuju arah Gunung Gamalama, maklum ketika itu hari Minggu, jadi kami masih bebas ke-mana2, esok harinya baru kerja. Di kaki Gunung Gamalama terdapat Danau Tolire Besar, sebuah danau yang unik dimana orang belum bisa menduga berapa kedalamannya. Terbukti, ketika kita melempar batu kedalam danau tersebut, kita tidak pernah mendengar suara deburan air akibat terkena lemparan batu, walau dengan kekuatan sebesar apapun kita melempar batu, tak akan sekecilpun terdengar suara cipratan air. Oleh karena itu sebagian orang menganggap danau ini keramat, namun dari sisi ilmiah ini membuktikan bahwa danau tersebut sangat dalam. Makanya sampai saat itu belum ada orang yang berani menaklukkan danau Tolire Besar. Ketika ada yang mencoba terjun ke danau tersebut juga di kabarkan meninggal / jasadnya tidak diketemukan. Wallahu a'lam.

 
Airnya nampak di permukaan ya ? Tapi saking penasarannya maka semua diantara kami ikut melempar batu dan tak satupun yang mendengar suara cipratan airnya, akhirnya kami menyerah, dan percaya kalau danau itu sangat dalam.

Di dekat danau Tolire Besar ada pula Danau Tolire Kecil. Menurut cerita legenda, kedua danau itu berasal daru dua orang (bapak dan anaknya) yang diusir oleh warga setempat karena telah melakukan tindakan asusila. Sehingga keduanya meninggalkan desa, dan tanah tempat mereka berpijak tiba2 retak dan terbelah membentuk sebuah cekungan semacam danau. Danau yang besar merupakan danau ayah dan danau kecil danau anaknya, dan di kedua danau tersebut terdapat buaya putih yang dipercaya merupakan jelmaan dari si bapak dan anaknya. Ini hanya cerita legenda, tapi hingga saat ini orang2 masih mempercayainya / dalam arti masih menuruti apa yang menjadi larangan2 ketika sedang di lokasi danau tersebut. Antara lain, tidak boleh memancing atau berenang karena sangat berbahaya, dikatakan oleh warga sekitar bahwa buaya putih itu masih suka muncul.
 
Jika malam tiba, udara Ternate agak dingin, terbukti disana sangat marak minumam hangat khas Ternate yang disebut Air Guraka, kalau di Jawa Barat disebut bandrek. Bedanya, air guraka ini terbuat dari rebusan gula aren dan jahe merah, lalu ditaburi kenari mentah. Begitu saja rasanya enak sekali. 

13 tahun yang lalu, Kota Ternate masih sepi, hotel tempat kami menginap masih sangat sederhana, mungkin karena ketika itu Ternate belum menjadi propinsi sendiri, sehingga pembangunan fasilitas umum belum diperhatikan. Beda dengan sekarang, banyak hotel berbintang di Kota Ternate. Kami mengambil penginapan dekat pantai sehingga pagi2 bisa jalan2 / jogging ke pinggir pantai sambil melihat sunrise. 

 


Lihatlah foto teman saya dengan foto uang kertas pecahan 1000 rupiah, sangat mirip kan ? Itulah sepasang gunung yang disebutkan sebagai Pulau Maitara dan Tidore, dua buah pulau yang memegang peranan penting pada sejarah Indonesia. Dan Maitara, adalah lokasi di mana Portugis pertama kali menginjakkan kaki di wilayah Maluku, untuk kemudian Maluku ditaklukkannya dan disitu pula langsung didirikan pos, benteng, dan misi perdagangan di Indonesia Timur dengan rempah-rempah / cengkih sebagai primadonanya. Pohon cengkih sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai ‘The Spice Islands’

Dikarenakan Maluku merupakan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah maka Orang Belanda menyebutnya sebagai ‘the three golden from the east’ (tiga emas dari timur) yakni Ternate, Banda dan Ambon.

Naaahhhhhh,,,jadi penasaran sama pulau Tidore kan ? So, sehabis menyelesaikan tugasnya siang itu, kami langsung menuju pulau Tidore. 

Pelabuhan Feri Bastiong Ternate sebagai tempat penyeberangan menuju Pulau Tidore juga pulau2 kecil di sekitarnya seperti Sofifi dan Sidangoli di Kabupaten Halmahera Barat. Ketika itu pelabuhan nampak sepi, beda kalau kurang beberapa hari lebaran maka pelabuhan ini di padati calon penumpang yang hendak mudik.

Dari pelabuhan Bastiong menuju Tidore ada kapal Feri juga ada speed boat, kami pilih speed boat agar lebih cepat sampai ke seberang, jaman dulu sewa speed boat tidak sampai 100.000,-. Kalau naik Feri tiketnya per orang. Dengan speed boat hanya kurang lebih 30 menit sudah sampai di pelabuhan Rum Tidore.


Subhanallah,,,cuaca cerah ketika kami sampai di Pelabuhan Rum Tidore, speed boat yang berwarna warni menghiasi pelabuhan kecil ini, di belakang kami nampak pulau Maitara. Teman kami dari kantor cabang Tidore sudah datang menjemput, untuk kemudian mengajak kami keliling Tidore. 


Sepanjang jalan di Tidore dikelilingi oleh laut dengan latar belakang pulau Halmahera, yang merupakan pulau terbesar di Maluku Utara. Banyak sekali sebenernya tempat2 bersejarah disini, bangunan2 peninggalan Portugis dan Belanda. Tapi kami tidak sempat singgah ke tempat itu, maklum kami sedang menjalankan tugas kantor. Bagaimanapun tugas lebih penting dari jalan2.


So, In Sya Allah suatu ketika bakal kesini lagi supaya bisa melengkapi catatan jalan2 saya ke Ternate dan Tidore. Yaaaahhhhhh,,,begitu urusan kantor selesai, kami balik lagi ke Ternate, dengan melewati jalan yang sama, pemandangan yang sama dan hati yang sama,,,,,,,

Sesampainya di pelabuhan Bastiong kami singgah di pasar tradisional Bastiong untuk membeli rempah2, teman saya beli beraneka warna rempah untuk bikin kue semacam pala bisa dibuat untuk campuran cake, kalau saya hanya beli kenari supaya bisa dibuat air guraka minuman  khas Ternate. 

Begitulah gaeesss cerita singkat saya tentang Ternate dan Tidore,  sampai jumpa di cerita lainnya,,,,!

Salam Jalan2 Yuuk,,,,!