Minggu, 24 Januari 2016

KEDIRI, 15 - 16 Nopember 2015

Selamat siang Jalan2er,,,
Semoga gak bosan ya baca report saya, kali ini saya akan laporkan jalan2 saya ke Kota Kediri tahun lalu, tepatnya tanggal 15 dan 16 Nopember 2014. Kenapa pilih Kediri ? Karena ternyata di Kediri banyak sekali tempat wisata yang menarik dan bersejarah, mulai jaman Kerajaan hingga jaman Bung Karno kecil, dan Kediri juga merupakan kota terbesar ke 3 sesudah Surabaya dan Malang, Kediri juga dijuluki kota Tahu. Entah sekarang, sejak kedele mahal harganya karena kedele lokal sudah langka di pasaran bahkan saat ini lagi gencar2nya impor kedele, menjadikan berbagai olahan dari kedele mahal pula harganya. 

Baiklah....berhubung di Kediri hanya 2 hari, kami hanya mengunjungi tempat2 wisata yang mudah dijangkau. Dan karena kami berawal dari Jakarta, maka untuk efisiensi waktu, kami gunakan kereta api ekonomi AC yang jam 16,00 yaitu KA Brantas jurusan Jakarta Kediri supaya sampai Kediri pagi sehingga langsung bisa menikmati Kota Kediri. Kurang lebih waktu Subuh kami sudah sampai di Stasiun Kediri, teman saya sudah menunggu disana. Saya hanya berdua dari Jakarta, saya dan Nani, satu lagi teman dari Solo, Buddy, dia hanya menggunakan sepeda motor dari Solo menuju Kediri. 

Awalnya kami belum buking penginapan, karena belum sempat browsing2 hotel yang dekat dengan TKP, namun atas kebaikan teman yang menjemput saya, kami diperbolehkan menginap dirumahnya, kamipun dengan senang hati menerima kebaikan teman saya itu.

Kemudian kami bertiga langsung menuju rumah teman saya untuk mandi, Buddy ikut serta, namun sepeda motornya diparkir di stasiun kereta api. Sesudah mandi, kami menuju tempat sarapan, kata teman saya, Soto Pojok di Jl Doho sangat enak, kamipun penasaran menuju kesana. Memang enaknya luar biasa, ternyata kuah sotonya di masak di atas tungku api, jadi rasanya masih alami, sedap bercampur dengan bau asap arang batok, ini sangat beda jika masakan di masak di atas kompor gas.


Usai sarapan Soto Pojok, kami menuju Gunung Kelud, teman kami tidak berani ikut ke Gunung Kelud katanya takut, pasca letusan bulan Pebruari sebelumnya, baru akhir tahun 2014 lokawisata Gunung Kelud dibuka. Teman saya trauma dengan letusan yang dahsyat itu, sehingga kami hanya ber 4 dengan Mas sopir naik menuju G Kelud. Memang letusan Gunung Kelud yang terakhir sangat fenomental, diberitakan kalau besarnya letusan melebihi letusan Gunung Merapi dan Gunung Sinabung. Bismillah....semoga kami selamat di jalan...aamiin

Sepanjang jalan menuju Gunung Kelud banyak pemandangan yang menarik, Sungai Bengawan Solo juga ternyata ada di Kediri, dari masa asalnya ya sungai itu ? Setelah buka Wikipedia, ternyata muaranya ada di Gresik Jawa Timur, jadi Bengawan Solo ini merupakan sungai yang terpanjang di Pulau Jawa. Hhhmmmm ternyata ya ?

Baru sebentar saja berkendara, kami dikagetkan oleh bangunan indah dan megah, setelah tanya Mas sopir, ternyata bangunan itu bernama Monumen Simpang Lima Gumul, yang sebelumnya disebut sebagai Proliman (artinya Simpang 5). Desain arsitekturnya terinspirasi dari Monumen L’Archde Triomphe di Paris,  hingga kini monumen Simpang Lima Gumul menjadi ikon wisata Kota Kediri yang selalu ramai dikunjungi. Kata Mas Sopir, jika malam hari, kawasan Simpang Lima Gumul selalu ramai pengunjung. Banyak dijumpai para pedagang kaki lima yang menjajakan aneka makanan, minuman, hingga souvenir di pasar Tugu. Pasar ini disebut “tugu”, berasal dari singkatan “setuminggu”, yang berarti Sabtu dan Minggu. Pasar ini sangat ramai akan kunjungan orang-orang, terutama pada Sabtu malam dan Minggu pagi. Yaaahhhh,,,berhubung masih pagi, maka kami hanya bisa foto2 saja di Proliman itu dengan latar belakang Monumen, seperti di Paris saja layaknya,,,
Kita lanjutkan perjalanan saja yaaa,,,keburu habis waktu. Cuaca sangat panas sekali saat itu, padahal sudah memasuki bulan Nopember, yang kata teman saya bulan2 itu di atas biasanya hujan atau mendung, sehingga tidak bisa menikmati pemandangan indah Gunung Kelud. Namun, lagi2 rejeki anak shalehah, kedatangan kami disambut dengan mentari cerah, langit biru, yaaaaaa,,,,sudah nampak tanda2 mendekati area pegunungan, angin semilir, pohon2 tinggi,,,,meski banyak saya lihat pohon tumbang, kabel2 listrik menjuntai ke tanah,,,,bekas2 letusan gunung Kelud masih terlihat. Jalananpun retak.....dan banyak pohon2 yang mati terbakar. Astaghfirullahal'adziim,,,,kuasaMU luar biasa besarnya ya Allah,,,,

Lihatlah jalanan di belakang saya, retak kan ? Kabarnya bangunan2 yang dulu ada, kini sudah rata dengan tanah, jadi kita sudah tidak bisa menikmati kawah yang dulu menghijau, tangga2 menuju kawah sudah tidak ada.

 
Kami hanya disuguhi relief2 bumi yang merupakan jalannya larva letusan Gunung Kelud. Menurut sebagian orang, justru pasca letusan penampilan Gunung Kelud jadi semakin cantik, tertata kembali secara alami,,,,,,
Relief2 buminya sangat cantik kan ? Tapi kami hanya bisa menikmati dari kejauhan, karena disitu ada larangan untuk mendekati kawah, bahaya longsor masih sangat dimungkinkan terjadi. Tapi walau hanya dengan memandangi saja kami sudah puas, sudah bisa menyaksikan dari dekat indahnya Gunung Kelud,,,, 
Oh yaaa,,, untuk mencapai puncak Gunung Kelud ada ojek yang bisa disewa, tapi hanya sebatas jalan yang retak2 tadi, ongkosnya Rp 10,000,- ke atasnya lagi baru jalan kaki. Tidak seperti layaknya nanjak gunung, kesini jalannya masih landai, jadi tidak usah takut capai,,,
Sesudah puas menikmati pemandangan yang indah, kami turun kembali, saya bahkan dari atas sudah naik ojek untuk menuju parkiran ojek pertama, lalu nyambung lagi dengan ojek kedua sampai ke parkiran mobil.

 
Di parkiran mobil tersedia warung2 nasi pecel dan makanan khas Jawa Timur lainnya, juga ada tempat jualan CD tentang letusan Gunung Kelud di bulan Pebruari 2014. Banyak fenomena alam yang disebutkan di peristiwa itu, panjang sekali kalau diceritakan disini,,,pokoknya rugi kalau gak beli CD'nya.
Sesudah menikmati pecel tumpang kami turun lagi menuju kota, dan singgah di Masjid Agung Kediri yang berlokasi di Jl Jendral Sudirman untuk melaksanakan ibadah Shalat Dhuhur dan Ashar.

 
Yaaaa,,kami tidak berani sampai sore di atas, karena khawatir turun kabut dan hujan. Masjid ini juga ada sejarahnya, kata Mas Sopir, sesudah Kerajaan Majapahit runtuh maka muncul Kerajaan baru yang beragama Islam, sehingga berkembang / tumbuh masjid dan mushola di-mana2. 

Selesai shalat, kami lanjutkan perjalanan ke Goa Selomangleng, goa apakah itu ? Kata Mas Sopir, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.
Tak jauh dari lokasi gua ini juga terdapat museum Airlangga yang merupakan museum purbakala yang bisa dikunjungi dan banyak sekali menyimpan benda-benda arkeologi berupa patung/arca. Namun, ketika kami sampai di Museum Airlangga telah tutup, karena hari sudah sore. 


Selepas dari Goa Selomangleng kami menuju Stasiun Kereta Api Kediri, dikarenakan teman kami Buddy hendak melanjutkan perjalanan menuju Gunung Semeru, bergabung dengan teman2nya yang lain. Sebelum sampai stasiun kami singgah di toko pusat oleh2 khas Kediri, beberapa makanan kami beli, lumayan untuk bekal Buddy di jalan.

Belum lagi sampai rumah teman kami, hujan mengguyur Kota Kediri hingga malam. Kamipun menghabiskan malam itu dengan mengobrol bersama nyonya rumah. Tidak berapa lama teman saya yang kakak kelas sewaktu kuliah di Purwokerto datang menyambangi kami, beliau asli Kediri. Alhamdulillah bisa silaturahmi ditengah-tengah perjalanan wisata saya. Pertemuan yang tidak disangka-sangka, melahirkan sebuah rindu akan indahnya masa-masa kuliah dulu,,,

Begitu teman saya pulang, kami lanjutkan obrolan kami dengan nyonya rumah, tentang rencana perjalanan esok hari. Disarankan agak besok ke tempat2 wisata didalam kota saja, mengingat besok sudah harus kembali ke Jakarta jam 13.00. Kamipun menurut saja,,,,yang penting full time jalan. 

####

Begitu pagi menjelang, kami sudah siap2 untuk melanjutkan petualangan dikota Kediri, tepat jam 07.00 teman kami datang menjemput. Kali ini kami ber 5, mas Supir yang kemarin tidak bisa menemani kami, sehingga kami dijemput oleh teman lainnya dan kebetulan suaminya adalah seorang budayawan dari Kediri, sehingga wisata hari ini dipastikan akan lebih lengkap informasinya.

Pertama-tama kami menuju desa Bulusari Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri, tempat dimana terdapat Arca Totok Kerot berada. Konon dahulu arca ini adalah seorang putri cantik dari Blitar, dia datang ke Kerajaan Pamenang hendak melamar Sang Raja / Prabu Joyoboyo yang tersohor itu, namun sayangnya Sang Prabu tidak berkenan menerima lamaran itu sehingga menyebabkan sang putri marah dan berkelahi. Sang Putri kalah dan dikutuklah ia menjadi arca dan berbentuk Dwarapala / raksasa.

Tempat ini sangat sepi oleh pengunjung, padahal masuk kesini gratis, begitulah kadang orang kurang tertarik dengan wisata budaya. Padahal kalau dicermati, negara kita sangat kaya akan wisata budaya, dan kalau ditelusuri kembali sejarahnya dapat membangkitkan kecintaan kita kepada tanah air. Dan akhirnya kita jadi tahu, betapa negara kita sangat berjaya dimasa lalunya.
 
Arca ini awalnya tertimbun didalam tanah, ditengah persawahan penduduk, setelah ada penduduk yang mendapati sebuah batu besar di dalam tanah, ia melapor ke pemerintah setempat, sehingga dilakukan penggalian dan ternyata sebuah arca.

Tidak jauh dari arca ini terdapat lokasi petilasan Sang Aji Jayabaya, kami segera menuju kesana melewati sawah2 dan ladang jagung. Sang Aji Jayabaya adalah Raja Kediri, beliau yang tersohor dengan ramalannya yang luar biasa yang dikenal dengan "Ramalan Joyoboyo". Tempat petilasan ini bukan makam, karena dipercaya bahwa Sang Aji Jayabaya itu tidak meninggal tapi "mukhsa" atau lenyap, tempat lenyapnya ini diabadikan dengan pendirian bangunan yang disebut sebagai petilasan. Lokasinya ada di desa Menang, di depan desa ada gapura sebagai pintu masuk tempat petilasan ini. 
 
Sedangkan tempat penyimpanan mahkota Sang Aji Jayabaya letaknya agak jauh dari petilasan ini, tapi sebatas mata memandang masih terlihat lokasinya. Tapi kami tidak menuju kesana, hanya menandang dari kejauhan saja.


 
 

Sangat cepat perjalanan kali ini, sebenarnya udara di dalam petilasan sangat sejuk, walau diluar panas sekali, namun sesuai scedule kami harus melanjutkan perjalanan menuju rumah masa kecil Bung Karno, yang lebih dikenal dengan sebutan Ndalem Pojok Krapak, Wates, Kediri. Rumah ini adalah rumah bapak angkat Bung Karno, sehingga sangat dimaklumi apabila rumah ini kurang populer, namun berdasarkan cerita Sang Budayawan (suami teman saya itu), belakangan sudah sangat banyak yang berkunjung kerumah ini, mulai dari keluarga Bung Karno bahkan beberapa Presiden2 RI juga berkunjung, terlihat dari foto2 yang ada di ruang tamu rumah ini. 
Untuk meramaikan rumah ini, setiap tanggal 17 Agustus diadakan upacara memperingati Hari Kemerdekaan RI yang dihadiri oleh masyarakat sekitar juga para pengagum Bung Karno. Hiburan kesenian juga di pentaskan, karena disamping Ndalem Pojok telah dibangun Sanggar untuk latihan kesenian dan kegiatan2 lainnya. 


Berbagai souvenir juga dijual dirumah ini, mulai dari buku2 tentang Bung Karno, kaos, gantungan kunci dll semua bergambar Bung Karno. 
HHhhhmmmmm,,,waktu begitu cepat berlalu,,,,kami putuskan untuk menuju kota, mendekati Stasiun
kereta api Kediri supaya tidak ketinggalan kereta nantinya. Ditengah kota ada sebuah makam Mbah Wasil, yang katanya adalah Guru dari Sang Aji Jayabaya. Nah.....orang saktipun masih punya guru, tentu Sang Guru lebih sakti daripada muridnya.

Ternyata, Mbah Wasil itu adalah Syeh Sulaiman Syamsudin Al Wasil atau Syeh Ali Syamsu Zain yang dikabarkan sebagai Waliyullah. Banyak yang tidak menyangka kalau di tengah pusat perbelanjaan tersebut terdapat makam yang menjadi salah satu wisata religi terkenal. Letaknya di tengah pemakaman umum lingkungan Setono Gedong di belakang Masjid Aulia sekitar Jl. Dhoho. Mbah Wasil disebut  Pangeran Mekah juga, dengar2 cerita Sang Budayawan, Masjid Aulia ini dulunya dibangun oleh Sunan Kalijaga, namun pembangunannya tidak dilanjutkan, dan pindah ke Demak untuk selanjutnya membangun Masjid Raya Demak.
Saya sempatkan shalat Dhuhur di Masjid Aulia ini,,,,Subhanallah,,,ini adalah termasuk wisata religi. Dari sejarahnya tadi, sesudah muncul Kerajaan Islam maka banyak muncul pesantren2 sehingga Kediri juga akhirnya mendapat sebutan Kota Santri.

Yaaahhhhh,,,kami akhiri wisata Kediri dengan makan siang rujak cingur Mbok Bo dan es gudir (kelapa muda) yang terkenal di Jl Joyoboyo Kediri. Biasanya rujak akan lebih mantap jika disantap dengan kerupuk,,,,bukan orang Jawa namanya kalau makan tanpa bunyi2an seperti kerupuk ini. Maknyuuuzzzz tenan, pedaaassss,,,,murah dan enaaakkkk booo,,,,!!!
 
Hihihihihihi,,,,kalau ditanya berapa budgetnya kira2 ya untuk menikmati Kediri yang ternyata cantik ini ??? Saya hanya bermodalkan tiket kereta api ekonomi AC dari Jakarta - Kediri 140,000 PP di bulan Nopember 2014, saat ini tiketnya sudah naik menjadi 90,000 sekali jalan. Karena kami menginap gratis dirumah teman, dan berkeliling Kediri juga diantar teman. Jadi di-kira2 saja ya gaes, paling2 biaya tambahannya adalah biaya penginapan, sewa mobil dan makan. Makan di Kediri tidak mahal kok,,,makan pecel di Gunung Kelud saja hanya 4,000 rupiah sajo.....murah kaan ????
Kalau gak percaya ya silahkan dibuktikan aja sendiri ke Gunung Kelud,,,,,,,yuhuuuuyyyyyyy,,,,bye bye kawans,,,,selamat menikmati Indonesia,,,,,!!!!


Salam Jalan2 Yuuuk,,,,!!!

Sabtu, 23 Januari 2016

Pendakian ke Watu Meja Bukit Badar Desa Tumiyang Kec Kebasen Kab Banyumas Jawa Tengah

Hallow Jalan2er,,,,!!

Mudik ke Banyumas kali ini kepingin mencoba melakukan pendakian bukit, tingginya mungkin tidak seberapa namun jika kita melewati jalur yang ekstrim akan lumayan curam dan sangat menguras tenaga kita dan nafas kita. Ngos2an,,,ini yang biasa terjadi dan dialami ibu2 seusia saya, walau begitu rasanya gak kapok2 untuk mencoba berpetualangan seperti layaknya anak muda.

Dan ketika saya coba ajak teman untuk naik bukit, diapun dengan semangat menjawab "mau banget",,,weeezzz kayak dikasih makanan aja sampai mau banget begitu. Dan ketika hendak ajak putrinya yang masih mahasiswi, malah angkat tangan dan gak mau banget, sungguh bertolak belakang ya ? Ada apa gerangan di sana ?  

Yaaaaa,,,,yang bikin penasaran kali ini adalah sebuah tempat di ketinggian yang lagi ngetrend di wilayah Kabupaten Banyumas yaitu Watu Meja Bukit Badar, lokasi tepatnya ada di desa Tumiyang Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Akhirnya kami putuskan untuk naik sepeda motor untuk menuju ke Watu Meja. 

Jalan menuju ke sini mudah dijangkau, namun lebih baik naik sepeda motor karena angkutan umum belum tersedia :

Jika kita dari Purwokerto jalanlah ke arah Kecamatan Patikraja / jalur selatan menuju Bandung. Sampai di pasar Patikraja terdapat 2 ruas jalan, yang kekanan menuju Bandung sedang yang kiri menuju Kebasen. Kita pilih yang kekiri, arah menuju Kebasen. Kita bakal melewati Jembatan Sungai Serayu, sesudah itu akan bertemu pertigaan, yang arah kekiri menuju Banyumas, dan kekanan menuju Kebasen, tentu kita ambil yang ke kanan. Di pertigaan ini terdapat tugu wayang seperti ini.

 
Sesudah belok kanan, kita ikuti saja jalannya. Jalan sedikit berkelok-kelok, di kanan kirinya terdapat sawah2 dan kebun serta bukit pegunungan Serayu yang nampak hijau. Kurang lebih 15 menit menggunakan sepeda motor (dari tugu ini) kita akan menemukan papan nama arah menuju Watu Meja. Nah jalan masuk menuju Watu Meja ada 2, maju kurang lebih 100 meter lagi akan bertemu dengan pintu masuk yang ke 2. 

 

Kemudian jika kita dari Pasar Banyumas, maka kita lewat jalan sebelah utara pasar belok kiri, atau kalau dari arah Purwokerto sesudah Jembatan Sungai Serayu ke kanan, ikuti terus jalannya ke arah Kebasen, nanti akan ketemu pertigaan jalan yang ada papan petunjuk ke Kebasen. Ikuti jalannya terus, lurus saja sampai ketemu tugu Wayang seperti gambar di atas. Lokasi tugu ada didesa Mandirancan. Sesudah ketemu tugu maka arah selanjutnya sama seperti yang sudah diuraikan di atas.

Jalan masuk ke Watu Meja licin jika hujan, sehingga kita harus hati2 bawa sepeda motornya, mobil belum bisa masuk ke lokasi ini. Tempat parkir ada di depan rumah warga, tidak dipungut uang parkir disini. Masih baik ya warga kampung sini ? Sesudah parkir kita mulai jalan kaki menuju lokasi, melewati jalan yang masih asli, masih tanah, terbayang jika hujan seperti apa licinnya ? Oleh karena itu, warga menyediakan sandal jepit, free, bapak itu bilang : pakai sandal japit bu, karena jalanan licin dan berlumpur, sepatunya titip disini saja, nanti kalau sandalnya putus ya dibuang saja.

Saya pikir tadinya nyewa sandalnya, tapi tidak, kita hanya isi kotak sukarela untuk tanda masuknya dan isi buku tamu. Hasil dari sumbangan suka rela ini akan digunakan oleh warga untuk memperbaiki jalanan menuju lokasi. 


Memang jalanan masih nampak asli ya ? Hanya dibuat undak2an dan masih berbentuk tanah, dengan pegangan bambu di pinggirnya. Tanjakan menuju bukit ini ada 2, yang satu jalannya landai, makanya agak jauh karena dibuat melingkar. Sedang yang satunya berupa jalan pintas, namun nanjaknya ekstrim. Ketika itu kami menggunakan jalanan yang landai, sehingga kurang lebih satu jam baru sampai ke atas. Sementara kata warga jika menggunakan jalur ekstrim hanya memakan waktu 15 menit.

 

Biar landai cukup menguras tenaga juga, nafas semakin berkejar-kejaran, jadi inilah jawabannya mengapa putri teman saya tidak mau diajak ke Watu Meja,,,lumayan capai bro,,,,!! Kalau saya capai ya berhenti dul, minum dulu, atur nafas dulu supaya lancar, habis itu baru jalan lagi,,,,slow aja,,,



Nanti jika sudah ketemu hutan pinus maka diperkirakan akan sampai ke TKP. Dan benar, ketika kami sampai hutan pinus sudah terdengar orang2 yang ada di atas sana, sebatas mata memandang sudah terlihat bendera merah putih di atas bukit, namun untuk mencapainya tidak sebentar, kami sempat singgah juga di warung penjual minuman.

Iseng2 saya tanya ke ibu2 penjual minuman, kenapa Watu Meja mendadak jadi incaran travellers ? Ada apa yang istimewa disini bu ? Katanya tempat ini sudah dari dulu ada, malah sejak ibu itu belum lahir sudah ada, yaitu tempat petilasan Raden Kamandaka. Raden Kamandaka adalah tokoh ksatria di wilayah Banyumas yaitu menantu dari Raja Pasir Luhur yang nikah dengan putrinya yang bernama Ciptoroso, ceritanya panjang ada di buku Babad Banyumas. Patung Raden Kamandaka dan Ciptoroso ini dijadikan icon di wisata Baturaden di Purwokerto. Ada yang bilang juga bahwa tempat ini merupakan tempat bertemunya para wali, sehingga dikeramatkan sampai sekarang. Ada masyarakat yang masih memberikan sesaji di Watu Meja bahkan masih ada yang suka melakukan "tapa/semedi" jika ingin mendapatkan sesuatu, biasanya jika ingin mendapatkan kedudukan di pemerintahan.


Watu itu bahasa Jawa yang artinya Batu, jadi Watu Meja diartikan sebagai Batu yang berbentuk seperti meja, seperti foto di atas, batunya hanya sederhana. Yang luar biasa adalah, ketika kita sudah di puncak batu ini, di depan kita terhampar pemandangan yang luar biasa indahnya, ada sungai serayu yang berkelok-kelok, jalan raya yang penuh kendaraan berlalu lalang, bukit hijau dan jembatan kereta api yang di bangun di atas sungai Serayu.


Tambahan cerita dari Ibu warung tadi, katanya sejak ada mahasiswa yang KKN disinilah maka tempat ini menjadi naik daun, karena foto2 dari lokasi ini langsung di share di media2 sosial. Jadi anak sekarang bilang kalau tempat ini sangat istagramable. Sangat kekinian kan istilahnya ???



Kami sengaja  berlama-lama disini, duduk di atas batu2 sambil menunggu kereta api lewat di jembatan, dan ketika kereta sudah lewat rasanya puas sekali. Kami putuskan untuk pulang karena takut kegelapan dan hujan.Tapi kami sempatkan untuk makan pecel seharga Rp. 4.000,- sudah cukup kenyang. Yaa tak usah khawatir karena di atas sini banyak tersedia warung2 yang jual makanan dan minuman, meski masih sederhana tapi sangat membantu mengatasi perut yang kelaparan.


Jika kesininya dengan rombongan banyak tentu tak akan takut kegelapan, karena banyak anak2 muda yang menikmati sunset dari Watu Meja ini. Rupanya warga masyarakat belum membatasi jam kunjungan ke lokasi ini, mereka hanya memperhatikan jika masih ada sepeda motor di tempat penitipan motor berarti masih ada pengunjung di atas, jika malam belum turun juga maka warga yang berfungsi sebagai petugas keamanan akan menuju lokasi untuk melakukan pengecekan sambil membawa lampu senter.

Begitulah, ketika kami sudah berhasil menuruni bukit lewat jalur ekstrim, ternyata memang cepat sekali, hanya 20 menit kami sudah sampai di tempat kami nukar sandal tadi. Dan rupanya hujan turun, kamipun berteduh dirumah penduduk yang ketempatan sebagai pos pintu masuk, tapi kami hanya duduk2 di teras rumahnya, duduk dilantai. Di pojok teras saya lihat ada termos, kopi, gula pasir dan beberapa gelas. Saya pikir itu dijual, ketika saya hendak beli kopi 2 gelas, kata mas petugas keamanan suruh bikin sendiri minumannya. Dan ketika minuman sudah habis, dan berniat membayarnya mas itu menolak, katanya gratis. Loh,,,enak banget ya dapat kopi panas gratis ??

Penasaran ??? Datang saja ke Watu Meja Bukit Badar,,,,,

Salam Jalan2 Yuuuk,,,!!



Sabtu, 09 Januari 2016

Siang Terik Membelah Cirebon Yang Cantik, 15 Nopember 2015

Selamat malam jalan2er,,,,,,,

Kota Cirebon kini menjadi salah satu primadona pariwisata di Jawa Barat terutama sejak adanya tol Palikanci tujuan Semarang, menjadikan kota ini dijadikan sebagai tempat transit para pemudik disaat jelang lebaran. Bahkan ada juga kawan2 yang tidak pernah mudik pingin menikmati suasana bermacet2an dijalan raya, dia ikutan "mudik" ke Cirebon, nginap di hotel dan shalat Ied di Cirebon. Ini cerita kawan saya yang asli Betawi, karena orang tuanya sudah tidak ada semuanya, maka saat lebaran tidak wajib standby dirumah atau rumah mertua tapi bebas kemana mereka suka. Seru ya ?

Nah kalau sekarang kepingin ke Cirebon tidak usah ber-macet2 ria lagi, karena transportasi kereta api sudah sangat banyak dan bagus2 walau kelas ekonomi sekalipun. Kalau yang dari Jakarta, bisa ambil yang jurusan Semarang, Solo, Kediri atau Purwokerto yang lewat Cirebon. Untuk kelas ekonomi AC paling dibawah 100rb sdh bisa duduk manis sambil ngobrol atau selfie2an di dalam kereta. xixixiixxi


Untuk yang bawa bekal banyak juga saatnya bongkar2 bekal,,,,,ada teman kami yang bawa buah pome banyak, mari kita santap samai2,,,!

Kurang lebih pukul 09.00 kami sampai di Stasiun Kejaksan, kami di jemput oleh teman kami yang ada di Cirebon, 2 mobil siap mengantar kami berkeliling kota Cirebon. Inilah senangnya kalau banyak teman di-mana2,,,,,
Satu hari di Cirebon kami bisa mengunjungi tempat2 dibawah ini : 

1. Nasi Jamblang Bu Nur

Berhubung tadi berangkat dari Jakarta jam 06.00 sudah dipastikan sampai Cirebon sangat lapar, wisata kuliner menjadi tujuan pertama kami. Kalau ke Cirebon, sarapan pagi yang yang direkomendasikan adalah nasi Jamblang, kali ini kami pilih nasi jamblang Ibu Nur, karena lokasinya yang terdekat dengan stasiun Kejaksan. Tapi antriannya luar biasa panjangnya,,,bagai ular naga, berhubung lapar kami sabar menunggu.

 

Demi seporsi nasi jamblang ini kami rela panas2an, lihatlah, nasi putih 2 bungkus, sate usus 2 tusuk, ati sapi 1 potong, jengkol 2 biji, tumis ampas kecap dan sambal. Ciri khas nasi jamblang di kasih alas daun jati, mungkin ini sebabnya yang menjadi sensasi nasi jamblang. Yang pingin mencoba nasi jamblang Ibu Nur bisa ke alamat Jl.Cangkring II no 45 Cirebon Jawa Barat.


Minuman yang tersedia disini juga beraneka, biasanya orang akan mencari juz mangga gedong yang merupakan khas Cirebon juga. Dan ternyata juz tersebut sudah dikemas di dalam gelas plastik sehingga kita tidak perlu lama2 menunggu. Selesai sarapan pagi, kami langsung menuju Keraton Kasepuhan Cirebon.

2. Keraton Kasepuhan Cirebon


Memasuki Keraton Kasepuhan langsung terasa bedanya, seperti benar2 masuk kedalam keraton yang agung dengan ciri khas tembok bersusun bata merah yang alami. Keraton Kasepuhan merupakan kerajaan Islam, namun nenek moyangnya adalah Raja Pajajaran yang termashur (masih menganut Hindu), sehingga didalam museumnya dipajang foto Raja Pajajaran beserta pengikutnya yang setia, seekor harimau putih yang sakti.

 


 

Di sebelah kiri terdapat bangunan yang cukup tinggi dengan tembok bata merah, yang disebut Siti Inggil  atau lemah duwur bahasa Cirebonnya yang artinya tanah yang tinggi, didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1529. Siti Inggil adalah tempat Sultan duduk mengarah ke Alun2, biasanya jika di alun2 sedang dilakukan latihan perang2an atau pemberian hukuman kepada prajurit atau warga yang melakukan kesalahan.

Mushola ini disebut Tajug Agung, merupakan tempat ibadah dari anggota keluarga keraton. Tembok bawahnya dari kayu, terdapat juga ruangan untuk Bedug.


 
Disebelah Timur Keraton terdapat Museum Kereta, didalamnya terdapat Kereta Singa Barong, yang membuat adalah cucu dari Sunan Gunung Jati. Bentuk keretanya sangat antik dan masih suka di mandikan ketika Maulid Nabi seperti halnya pusaka2 lainnya.

Di ruangan dalam terdapat lukisan Prabu Siliwangi 3 dimensi, sehingga jika kita melihat lukisan tersebut sepertinya kita sedang berhadapan dengan lukisan tersebut, juga kemanapun kita pergi kita selalu diikuti oleh tatapan mata lukisan Prabu Siliwangi. Kabarnya, pelukisnya sangat kepingin melukis wajah Prabu Siliwangi, namun dia tidak tahu seperti apa wajah beliau, sehingga dia berpuasa beberapa lamanya hingga dikasih mimpi bertemu dengan Sang Prabu, dan jadilah lukisannya seperti ini. 


Di ruangan dalam terlihat ada kursi yang digunakan oleh keluarga Sultan jika putra2nya tengah di sunat. Semakin ke dalam terdapat lagi barang peninggalan Sultan namun kami tidak melanjutkannya ke dalam. Kami berpindah ke Museum benda2 kuno yang ada di sebelah barat gedung utama. Sebelum ke museum benda kuno, kami sempatkan mengintip ke Bangsal Utama tempat Sultan mengadakan "jumenengan" atau pertemuan, namun kami hanya bisa mengintip karena tidak diperbolehkan masuk ke salam.

Didalam museum benda2 kuno, sesuai dengan namanya, banyak sekali pusaka2 peninggalan Sultan yang masih terawat rapih dan di keramatkan, hampir di setiap sudut terdapat sesaji, sehingga kita tidak berani main2 sembarangan di dalam museum. Banyak terdapat guci2 antik juga disini, mengingat dulu ada salah satu permaisuri Sultan yang asli dari China.


Untuk mengetahui segala macam informasi yang terkait dengan sejarah Kesultanan Kasepuhan, kita bisa bertanya ke petugas Keraton yang berbusana seperti ini. Kita hanya tinggal kasih tips seikhlasnya saja.

3. Masjid Cipta Rasa

Masjid ini masih berada di kompleks Kesultanan Kasepuhan Cirebon, dibangun oleh Sunan Gunung Jati dengan arsitekturnya Sunan Kalijaga. Menurut cerita guide, masjid ini dibangun dalam waktu semalam dengan melibatkan 500 orang pekerja. Bangunan masjid berdinding bata merah tanpa disemen, dan tiang2nya terbuat dari kayu yang disusun seperti knock down. Tiang yang terkenal disebut Tiang Tatal, yang artinya tiang yang terbuat dari potongan kayu2 kecil (tatal dlm bahasa Cirebonnya), yang disusun tanpa paku namun menggunakan pasak.

Saat ini tiang tersebut diberi pengaman dari besi, supaya masih terlihat aslinya. Tiang ini berada di ruangan luar sebelah kiri. 
Jika hendak masuk ke dalam masjid, kita lewat pintu samping kanan dimana terdapat air suci untuk berwudhu terlebih dahulu, airnya berada di sumur besar dan kita ambil pakai gayung. Pintu masjid sangat sempit dan rendah, jadi badan kita membungkuk dan hanya muat satu orang. Kenapa dibuat seperti ini, rupanya punya filosofi bahwa kita selayaknya menghormati rumah Allah sehingga masukpun dalam keadaan badan membungkuk. Subhanallah,,!


Diatas tempat kami duduk, ada mic berjumlah 7, rupanya untuk adzan ber7 orang secara bersama-sama, itulah makanya disebut Adzan Pitu atau adzan tujuh. Dan biasanya pengunjung akan sangat menunggu berkumandangnya adzan 7 ini, karena memang sangat unik lain dari pada yang lain.

4. Gua Sunyaragi.

Sesudah dari Masjid Agung Ciptoroso kami lanjutkan perjalanan menuju Gua Sunyaragi, gua ini sebenarnya gua buatan, dibuat dengan maksud untuk tempat peristirahatan raja2 Cirebon, sehingga bentuknya dibuat seperti taman. Oleh karenanya ada juga yang menyebutnya Taman Air Sunyaragi.  Di  kompleks Gua tersebut terdapat banyak air terjun buatan sebagai penghias, dan hiasan taman seperti patung Gajah, patung Wanita Perawan Sunti, serta patung Garuda dan Ular. Gua Sunyaragi merupakan salah satu bagian dari Keraton Pakungwati, yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.



 
Gua Sunyaragi berlokasi di Kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon, atau tepatnya di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono. Jalan Brigjen Dharsono dahulunya merupakan danau yang ada di sekitar gua Sunyaragi, tapi karena sudah mengering maka dibuat jalan2 dan pemukiman.


Menurut keterangan guide wisata di Gua Sunyarangi, Gua Sunyaragi dibangun pada tahun 1703 M oleh Pangeran Kararangen (Pangeran Kararangen adalah nama lain dari Pangeran Arya Carbon). Dilihat dari motif-motif  yang muncul,  gaya arsitektur Gua Sunyaragi terdiri dari bermacam-macam jenis diantanya  gaya Indonesia klasik atau Hindu, gaya Cina atau Tiongkok kuno, gaya Timur Tengah atau Islam, dan gaya Eropa. Dan semuanya berbaur menjadi karya seni yang indah luar biasa.


Sebenarnya gua2 yang ada didalam juga banyak sekali, dan masing2 diberi nama sesuai dengan fungsinya, ada pula gua yang berfungsi sebagai tempat pembuatan senjata. Namun terik mentari yang amat panas ketika itu, mematahkan semangat kami untuk menyusuri seluruh gua, kami hanya berkeliling di bagian luarnya saja.  Dan memang sangat luas ternyata, kurang lebih 15 hektar.

Hampir semua bangunan berujud seperti batu karang, namun jika kita perhatikan bentuk batu2 itupun menyerupai binatang2 tertentu seperti namanya, yaitu patung Garuda, patung Burung dll. Ada juga yang namanya Patung Batu Prawan Sunti, jika dari namanya sudah ditebak kan ? Batu Perawan,,?? Nah guide menjelaskan, katanya batu ini punya cerita mitos tersendiri, jika ada pengunjung yang belum nikah dan memegang patung ini maka diperkirakan akan tidak menikah selamanya atau jadi Perawan Seumur Hidup,,,,,wallau a'lam, ini hanya mitos ya kawans, cukup di dengarkan saja dan lebih baik mendengar apa kata guide. Letak Patung Batu Prawan Sunti  terletak di salah satu bagian Gua Peteng yang masih berada di komplek Gua Sunyaragi, tepat di depan pintu masuk gua setelah melewati kolam.



Jika sudah puas berkeliling, maka kita akan keluar lewat pintu samping, melewati bangsal tempat belajar tari2an tradisional Cirebon.

5. Batik Trusmi

Panas teriknya kota Cirebon membuat kami ingin segera buru2 ngadem, kami lanjutkan perjalanan menuju batik Trusmi, terbayang setelah masuk ke dalam showroomnya akan dingin terkena AC ruangan. Yaaa,,,,,batik juga merupakan oleh2 khas Cirebon yang diburu wisatawan. Batik khas Cirebon dengan nuansa Mega Mendung, kabarnya yang menciptakan designnya adalah Sultan Cirebon yang pertama. Ketika Sultan minta dibuatkan batik oleh warganya dengan menggunakan design dari Sultan, maka batik buatan warga dari desa Trusmilah yang paling bagus, persis dengan design Sultan, sampai Sultan tidak bisa membedakannya. Itulah sampai sekarang kawasan batik Trusmi yang lebih dikenal wisatawan, karena dinilai batiknya paling bagus.

Harganya sangat beraneka ragam, dari mulai yang murah hingga mahal bisa dipilih sesuai selera masing2. Selepas shalat dhuhur disini kami lanjutkan perjalanan ke Kasultanan Kanoman.

6. Kasultanan Kanoman

Menurut sejarahnya,Kasultanan Kanoman dibentuk bersamaan dengan Kasultanan Kasepuhan dengan tujuan untuk tempat tinggal Sultan Anom sebagai wakil Sultan Kasepuhan. Namun semenjak Belanda datang sepertinya Kasultanan Kanoman di-acak2 hingga muncul persengketaan di karenakan salah satu Sultannya ada yang menikah dengan None Belanda. Sehingga karenanya dalam penentuan / penetapan Sultan berikutnya diutamakan yang keturunan asli Cirebon,dan seperti biasanya sengketa harta terjadi, lalu dibagilah wilayah Kasultanan Kanoman menjadi 2. 

Memang Sultan Anom yang sekarang juga  ganteng loh, mungkin sama dengan leluhurnya hingga None Belandapun jatuh cinta ya ??? Saking terkesima sama Pak Sultan, sampai lupa foto2 bangunan kasultanan. Ini kami berdiri di ruang tengah Kasultanan atau disebut Bangsal Jinem yaitu ruangan untuk menerima tamu, disebelahnya terdapat 2 buah kereta Kesultanan yang bentuknya seperti buraq.

 

Kemudian kami menuju bagian belakang pendopo, disini terdapat mushola dan tempat ambil air suci, kami duduk2 di kebun halaman belakang yang nampak dingin karena banyak pepohonan rindang.
 

Lebih jauh lagi ke halaman samping terlihat bekas gedung Ksatrian, yang sering dipakai untuk latihan perang2an, nampak tidak terawat, pepohonan besar tumbuh di mana2 sehingga banyak sampah daun2 kering. Mungkin untuk perawatan area ini perlu biaya banyak, karena luasnya saja kurang lebih 6 hektar.



Dihalaman belakang terdapat sumur, pengunjung sering ditawari untuk cuci muka, katanya kita bisa awet muda jika sudah cuci muka dengan air sumur ini. Wallahu a'lam.

Kami di Kasultanan Kanoman hanya sebentar, sesudah ngobrol2 dengan Pak Sultan kami pamitan, karena terikat sama waktu keberangkatan kereta api. Pak Sultan ada di tengah berkemeja hitam.


7. Pasar Kanoman

Ini merupakan pasar besar di Kota Cirebon sesudah pasar pagi, posisiya di Jl Kanoman depan Kasultanan Kanoman. Banyak makanan khas Cirebon tersedia disini, namun satu yang bikin kami penasaran adalah mangga gedhong gincunya, karena kata teman saya di pasar kanoman ini harganya relatif lebih murah. Selisihnya bisa separoh harga jika dibandingkan dengan harga di pusat oleh2 Cirebon, tentunya jika kita bisa menawarnya. Mangga ini memang luar biasa manisnya,,,,pastikan jangan hanya bawa sekilo pulangnya ya,,,,,

 

8. Empal Gentong 

Sebelum meninggalkan Cirebon, jangan lupa tambah energi dulu supaya perjalanan jadi tambah semangat, kami sempatkan untuk makan sore terlebih dahulu. Ya kami memang seperti maraton di Cirebon ini, one day trip yang luar biasa padatnya, wisata budaya plus wisata kuliner sekaligus.  Kami pilih empal gentong Krucuk yang di Jl Slamet Riyadi no 1 Cirebon. Biasanya kita ditanya mau pakai bumbu apa, ada yang biasa dan ada yang asam, kata orang lebih enak yang asam.


Tapi semua tergantung selera kita masing2, apapun bumbunya bagi saya enak dua2nya, apalagi jika dimakan panas2, plus cabai kering yang super pedas akan makin menambah nafsu makan kita. Mau makin lengkap bisa ditambah kerupuk kulit khas Cirebon / kerupuk rambak. 
Jika kita merasa orang top, bolehlah pasang foto disini atau coret2an tangan plus tanda tangan,,,

 

9. Toko DAUD, Sentra Oleh2 Khas Cirebon

Nah kalau tidak mau pusing milih2 oleh2 khas Cirebon ya kesini saja, alamatnya di Jl Sukalila Utara No 4D Kejaksan Cirebon. Segala macam makanan ada, saya hanya beli tape ketan yang dikemas dalam ember dengan sirup Campolai, keduanya merupakan makanan dan minuman kesukaan suami saya. Sirup Campolai dengan berbagai rasa, khusus rasa pisang bisa dibuat untuk campuran bikin palubutung (makanan khas Sulsel).
Tapi jangan khawatir, Cirebon  dikenal sebagai Kota Udang, segala makanan dari hewan laut ada disini. Dan kenapa teman saya bawa kesini, karena ternyata tokonya luas dan bersih, lay outnya manis dalam arti tidak membosankan. Kita bisa ber-lama2 disini dengan suatu konsekuensi kocek akan banyak melayang tentunya.


Ketika dirasa sudah cukup berat bawaan kami, menyerahlah kami semua, dengan buru2 kami meninggalkan Cirebon untuk menuju Jakarta kembali. Terima kasih kawan yang di Cirebon, terima kasih pak Sultan,,,,,sehari bersama kalian sungguh membahagiakan,,,,sampai ketemu di lain waktu.

Salam Jalan2 yuuuukkkk,,,,!!!