Day 1, Tgl 5 September 2015
1. Pantai Ngobaran
Pesona Gunung Kidul sudah tercium lama sejak munculnya nama Pantai Indrayanti dan Goa Pindul, sehingga ketika saya kepingin ke tempat itu sekarang, orang akan bilang, disana kalau liburan pengunjungnya udah kaya cendol, jadi kudu kemana dong ??? Gak usah khawatir, Gunung Kidul itu gudangnya pantai. Akhirnya saya menurut saja kemana dibawa jalan2, yang penting judulnya jalan2, dan begitu nglihat itinerary yang ditawarkan sungguh luar biasa. Walau kami hanya ber5 tapi tidak mengurangi keseruan acara tersebut.
Dari kota Yogyakarta sekitar 65 km, kita telusuri saja jalan antara Yogyakarta-Wonosari, Mulai dari Piyungan jalanan mulai menanjak dan berkelak kelok, lanjut menuju Tikungan Bokong Semar- Hargodumilah - Patuk -Tikungan Irung Petruk - Sambi pitu - Hutan Tleseh - Lapangan Udara Gading - Pertigaan Gading ke Kanan / arah Playen Paliyan. Dari kecamatan Paliyan terus ke arah selatan menuju Trowono ketemu Pusdiklat AD - hutan Sodong (jalannya menanjak dan berkeloko-kelok). Sebelum masuk Trowono akan melewati telaga Namberan (berfungsi sebagai cadangan air masyarakat sekitar), dari Pasar Trowono ambil arah ke selatan menuju kelurahan Kanigoro Saptosari. Di kanan kiri jalan ditemui pipa-pipa air minum yang dialirkan ke masyarakat dari sumber air di Ngobaran, jika ketemu pertigaan kita ambil ke kanan menuju Pantai Ngobaran.
Nah saking panjangnya perjalanan, maka kami sempatkan untuk singgah di pinggir jalan untuk ber-foto2, disamping kasih kesempatan mobil untuk istirahat, juga sangat sayang kalau pemandangan bagus ini dilewatkan begitu saja.
Banyak pegunungan kapur di kanan kiri jalan, juga bukit berbatu, wajar saja kalau daerah ini termasuk daerah minus / kurang subur, Lebih banyak pohon kayu dan kelapa yang ada di sekitar sini, jika ditanami tanaman padi dan palawija kemungkinan tidak tumbuh subur karena sumber airnya jauh dibawah permukaan tanah.
Di pinggir pantai ini juga dibangun candi2, katanya untuk tanda / petilasan Prabu Brawijaya V yang pernah singgah di pantai ini. Tapi ada juga bangunan yang sekarang seperti mushola, katanya mas2 tukang poto keliling, tempat itu biasa dipakai oleh juru kunci untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul. Wah,,,,gak jelas ya ?
Yo wes lah, apapun ceritanya yang penting sudah sampai Pantai Ngobaran yang lagi naik daun, karena pas waktu makan siang maka kami singgah dulu di warung makan di pinggir pantai, menunya sederhana, ikan goreng, sambal lalap dan sayur rebung lodeh.
Jajanan di sekitar pantai banyak dijual gorengan rumput laut, bentuknya seperti gorengan daun bayam, tapi kami tidak mencobanya. Saya pikir kok sayang amat rumput laut dibuat gorengan ???
Ada satu jenis makanan yang belum sempat saya nikmati, yaitu belalang goreng, karena yang ketemu di jalan itu belalang masih mentah, jadi harus digoreng sendiri,,,,,,huuuuuwaaaaa,,,,gak tega saya kalau harus goreng belalang hidup2, tapi kalau langsung makan mah masih bisa,,,
2. Candi Ijo
Awalnya kami mau mengunjungi air terjun Sri Gethuk, tapi katanya perjalanan kesana lumayan lama, sementara waktu sudah sore, dan kami ada rencana mau lihat sunset di Candi Boko, akhirnya pindah lokasi menuju Candi Ijo, karena jarak antara Candi Ijo dan Candi Boko kurang lebih hanya 4 km, jadi berharap tidak akan ketinggalan moment sunset di Candi Boko, ini enaknya kalau privat tour, jadi bisa nego untuk tujuan wisatanya asalkan memungkinkan.
Kami sudah jelang sunset disini, matahari sudah condong ke barat, jadi kami tidak ada waktu untuk mengitari candi2 yang ada di komplek candi Ijo ini. Sebenarnya disini ada tiga candi yang menunjukkan penghormatan masyarakat pada Hindu Trimurti, yaitu Brahma, Siwa, dan Whisnu. Dan kita bisa masuk ke dalamnya untuk melihat relief2 yang ada didalam, sayang waktunya sangat terbatas, jadi kami hanya bisa foto2 diluar candi, namun sudah cukup memuaskan bagi kami, kami jadi tambah wawasan mengenai jeni2 candi Hindu ini.
3. Keraton Ratu Boko
Keraton Candi Boko berada di wilayah dua Dukuh, yakni Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Tiket masuk ke sini lumayan mahal, yaitu Rp. 60.000,- tapi sebenernya bisa untuk 3 lokasi yaitu Candi Prambanan, candi Borobudur dan Candi Boko (untuk yang belum pernah kesini, mending sekalian ke 3 candi ini supaya tidak rugi sudah bayar tiket mahal).
Keraton Ratu Boko disebut juga Candi Boko merupakan situs purbakala, lokasinya kira-kira 3 km di sebelah selatan dari kompleks Candi Prambanan atau 18 km sebelah timur Yogyakarta. Jalanan menuju kesini searah dengan jalan menuju Candi Ijo, namun Candi Boko di ketinggian 196 mdpl.
Keraton Candi Boko berada di wilayah dua Dukuh, yakni Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Tiket masuk ke sini lumayan mahal, yaitu Rp. 60.000,- tapi sebenernya bisa untuk 3 lokasi yaitu Candi Prambanan, candi Borobudur dan Candi Boko (untuk yang belum pernah kesini, mending sekalian ke 3 candi ini supaya tidak rugi sudah bayar tiket mahal).
Kalau dilihat dari bentuknya, candi Boko tidak seperti candi2 lainnya, tapi mirip seperti bangunan istana / bekas istana, karena masih terdapat benteng dan parit
kering sebagai pertahanan. Nama "Ratu Boko" berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Boko adalah ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan. Candi Prambanan terlihat jelas dari dekat pintu masuk gardu pandang Candi Boko.
Kalau yang asalnya Jawa Tengah pasti masih ingat cerita tentang Loro Jonggrang, dia adalah putri yang cantik, mau disunting Raden Bandung Bondowoso tidak mau, sampai minta dibangunkan candi sebanyak 1000 buah dalam waktu semalam, pikirnya gak akan bisa, sehingga dia gak bakal jadi istrinya, tapi karena Raden Bandung Bondowoso seorang yang sakti dia bisa membuat candi sebanyak itu dengan bantuan para Jin. Melihat gelagat bahwa Bandung Bondowoso bakal berhasil memenuhi tuntutannya, maka Loro Jonggrang membuat tipu muslihat, mengajak warga desa untuk menumbuk padi tengah malam, supaya disangkanya sudah pagi. Begitu bunyi lesung bertalu-talu, Loro Jonggrang mendatangi area candi dan mengklaim kalau Bandung Bondowoso tidak bisa memenuhi permintaannya, jadi ia terbebas dari perjanjian untuk jadi istrinya. Akhirnya Bandung Bondowoso marah, dan mengutuk Loro Jonggrang untuk jadi candi, melengkapi 1000 candi, karena memang setelah dihitung hanya kurang 1. Naahhhh,,,saya masih ingat kan cerita itu ???
Sebelum sampai ke Gapura istana, terdapat sebuah pelataran yang berfungsi sebagai tempat jamuan, dan sekarang lokasi ini sering digunakan untuk tempat Family Gathering sebuah perusahaan karena memang sangat luas. Terdapat juga "gamelan" di area pelataran ini yang befungsi untuk menyambut para tamu dan wisatawan.
Jika sunset tiba, bangunan gapura akan nampak indah sekali, sangat eksotik, namun sayang sekali sunset saat itu belum sempurna karena masih terdapat awan / mendung, katanya kalau mau lihat langit cerah dan sunset yang bagus sekitar Juli - Agustus.
Di tempat ini masih sering digunakan untuk bersemedi bagi orang2 "sakti", entah untuk tujuan apa, tapi biasanya mencari ilmu atau kekayaan. Begitu luasnya tempat ini sehingga kami tidak sempat mengitarinya mengingat waktu sudah keburu malam dan perjalanan akan segera dilanjutkan menuju Magelang.
4. Sunrise Punthuk Setumbu
Lumayan jauh perjalanan dari Candi Boko menuju Magelang, yang jelas mata sudah ngantuk ketika kami sampai di HOTEL PONDOK TINGAL BOROBUDUR & RESTORAN. Untuk efisiensi kami ambil yang dormitory sehingga satu kamar bisa untuk ramai2, tarif per orang Rp. 25.000,-. Ini ada alamatnya, silahkan di simpan siapa tahu suatu saat perlu : Jl. Balaputradewa 32 Borobudur, Magelang, Jawa Tengah ( 1,4 Km Timur Candi Borobudur ), Telp : (0293) 788 145, 788 245, 550 8845.
Suasana penginapan sangat khas, arsitektur
bangunan masih tradisional perpaduan arsitektur bambu, kayu dan beberapa corak Jawa
serta beberapa pohon dan bunga teratai di taman kolam yang nampak asri
dan sejuk.
Pagi2 sekali kami bangun untuk menuju Punthuk Setumbu. Lokasinya ada di Dusun Kurahan, Desa Karangrejo, Borobudur, Magelang. Jaraknya kurang dari 4 kilometer dari Candi
Borobudur. Untuk mencapai lokasi ini, begitu melewati depan Hotel Manohara,
terus berbelok ke kanan masuk jalan tengah desa. Terus saja hingga
mencapai Dusun Kurahan.
Jalanan menuju puncak Punthuk Setumbu sudah bagus karena sudah disemen, dan jika mulai menanjak sudah dikasih pengaman sekaligus bisa buat pegangan kita nanjak, kalaupun capai sudah disediakan tempat duduk dari bambu. Waktu tempuh sampai puncak paling hanya 30 menit, tapi bagi saya lumayan melelahkan. Sampai di atas sudah tersedia minuman dan makanan hangat, karena sudah tersedia warung sederhana.
Yang menarik sari sunrise Punthuk Setumbu adalah mentari muncul diantara Gunung Merapi dan Merbabu, ini yang di-elu2kan para pemburu sunrise. Namun lagi2 mendung setia mengikuti kami, sehingga gunung Merapi dan Merbabunya kurang jelas terlihat.
Begitulah yang terjadi di puncak Punthuk Setumbu, jika sudah agak terang sedikit, maka dikejauhan nampak Candi Borobudur yang tertutup awan sangat jelas terlihat. Jika sudah puas melihat sunrise, mari kita turun pelan2 untuk melanjutkan ke perburuan berikutnya.
Jika lapar di bawah, masih bisa menikmati sarapan pagi di dekat loket masuk atau lebih jauh lagi berburu makanan khas Magelang yang tak asing bagi kita semua yaitu Tahu Gejrot khas Magelang, atau Mangut Beong. Beong adalah sejenis ikan sungai, bentuknya seperti ikan patin namun moncongnya seperti ikan Gabus.
5. Vihara Buddha Mendhut
Vihara adalah tempat untuk beribadah bagi umat Buddha, lokasinya persis disebelah Candi Mendhut, jadi kita bisa sekalian ngintip Candhi Mendut, kenapa ngintip ? Karena tiket masuknya sendiri2, sedangkan saat itu kami berencana hanya mengunjungi Vihara saja. Vihara ini terletak di Desa Mendut, Kota Mungkid, Magelang.
Selain sebagai tempat ibadah, vihara ini merupakan tempat bagi para biksu dan biksuni untuk berkumpul dan belajar mengenai Agama Buddha. Kompleks vihara ini terdiri dari beberapa tempat ibadah, asrama, perpustakaan umum dan taman.
Yang menarik di vihara ini adalah kita bisa melihat beberapa bentuk patung Buddha. Ada patung Buddha tidur dan ada yang duduk dengan berbagai ukuran.
Disini juga ada sebuah pohon langka
yang bunganya sangat unik, yakni bunga Sal atau canonball flower. Kabarnya tanaman ini berasal dari Thailand. Bunganya sangat unik, kelopaknya tebal dengan benang sari berwarna
orange yang menjulur dari batang sarinya yang mirip dengan kaki
ubur-ubur, wanginya sangat lembut.
6. Rafting Sungai Elo
Selesai berkeliling di Vihara kami langsung menuju basecamp rafting di Sungai Elo, biasanya kalau mau rafting buking dulu sehingga sudah ditentukan kebagian yang jam berapa, itulah sebabnya ketika di vihara tidak bisa lama2 karena takut sudah ditunggu oleh tim pemandu rafting.
Ternyata arung jeram Sungai Elo di Magelang sudah terkenal, rute2 rafting
mempunyai karakter tingkat tantangan yang berbeda, jadi kita sesuaikan dengan kemampuan kita saja. Kalau ibu2 ya pilihnya yang fun aja, kelas pemula, karena sifatnya hanya hiburan. Dan untuk Sungai Elo ini hampir dapat di kunjungi setiap musim. Panjang pengarungan sejauh 10 – 11 km dengan waktu tempuh 2
– 2,5 jam, pemandangan sekitar sungai sangat indah.
Dari bacecamp kami diantar pakai mobil angkot untuk menuju start rafting, perlengkapan safety sudah dipersiapkan di mobil tinggal kami pakai saja. Tak lupa sesuai dengan ketentuan, Tim Pemandu memberikan petunjuk terlebih dahulu, dan kita harus mematuhinya supaya aman.
Sebelumnya tidak lupa berdoa bersama untuk keselamatan petualangan kali ini, terbayang nanti bakal ketemu jeram-jeram yang mengasyikkan yang akan menggoncang goncang perahu kami,,,,,pasti seruuuu,,,,dan bisa untuk menghilangkan penat setelah 5 hari kerja. (sok sibuk nih yeee,,,??)
Ternyata lalu lintas sungai bisa macet juga, jika masih banyak perahu yang tersangkut di batu2 dan tidak bisa bergerak, maka perahu yang dibelakangnya menunggu dulu sampai dia bisa jalan, pada kesempatan inilah dibuat seru2an antar peserta rafting, kami main ciprat2an air, apalagi kalau tahu ada peserta lain yang bajunya masih kering, langsung kami basahin hingga ampun2 deh,,,,,xixixixii
Begitu juga jika pas berhentinya di tengah2 sungai, beberapa teman kami lompat ke sungai untuk berenang sepuasnya, yang gak bisa berenang ya duduk manis saja di atas perahu. hiks,,,,
Tidak puas rasanya kalau tidak basah2an, kamipun bermain air sepuasnya sebelum memulai lagi mendayung perahunya ke finish.
Dan,,,,,akhirnya, kami sampai finish dengan selamat, namun di korting sedikit karena waktu kami yang sudah sangat mendesak untuk kembali ke Jakarta dengan menggunakan kereta api.
Begitu selesai, kami balik lagi ke basecamp untuk ganti baju dan ada jamuan makan siang yang sudah include dengan paket raftingnya. Yaaaa,,perlu dicoba kawan keseruan bermain rafting disini, kan kami dapat sertifikat loh,,,???!!
Selesai makan kami cepat2 cuzz ke Jogyakarta, menuju stasiun Tugu untuk kembali ke Jakarta,,,,
Bye bye Jogya,,,,,,,kami puas,,,,!!
Salam Jalan2 Yuuuukkkkk,,,,,!!