Kamis, 22 Oktober 2015

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Ciapus Bogor

Kenapa tiba2 kepingin main ke pura ? Jangan2 karena kangen sama Bali ya ? Yaaa betul, jika kita kepengin ke Bali sementara ongkos pas2an atau bahkan tidak cukup untuk menuju kesana, jangan khawatir, karena kita bisa menikmati suasana Bali di seputaran desa Ciapus Bogor yaitu di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Lokasinya terletak di perbukitan Kampung Warungloa RT 03/09, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, di lereng Gunung Salak, sekitar 13 km dari pusat Kota Bogor, dengan melewati jalan di depan pabrik gong Pancasan, lalu lanjut ke Jalan Raya Ciapus yang menuju arah ke wisata Curug Nangka.


Kami waktu kesana sewa angkot dari stasiun Bogor, supaya tidak terlalu repot, dan nyatanya tidak terlalu lama untuk menuju ke Pura, walau jalan menuju kesana menanjak, namun tidak separah jika kita ke daerah Puncak. Sayangnya saya tidak bisa menunjukkan arah yang rinci, untuk yang pakai kendaraan sendiri tidak sulit kok, karena ada jalur angkot untuk menuju Ciapus, dan untuk menuju Puranya ada papan petunjuk yang mudah diikuti.

Hawa sekitar Pura ternyata dingin, masuk akal, karena ini merupakan kaki Gunung Salak. Banyak legenda yang diceritakan seputar Gunung Salak, diantaranya terdapatnya petilasan Sang Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang termashur. Tempat ini merupakan tempat Prabu Siliwangi beserta prajurit mencapai moksa (menghilang) dan tidak pernah diketahui keberadaannya hingga sekarang. Sebelum dibangun Pura, tempat ini diyakini sebagai persemayaman dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi dan para hyang (leluhur) dari Pakuan Pajajaran.



Pura Parahyangan Agung Jagatkartta adalah tempat ibadah orang Hindu, dan disinyalir kalau pura ini adalah terbesar di pulau Jawa.Jika ingin masuk ke dalam pura, maka harus janjian terlebih dahulu ke bagian humasnya, kalau langsung go show kesana nantinya tidak diperbolehkan masuk, tentu akan kecewa kan ?
Pas kami datang, kebetulan akan dilakukan upacara, umat Hindu sudah banyak berdatangan, sehingga kamipun dipersilahkan untuk masuk dan mengambil air suci terlebih dahulu.


Sesudah ambil air suci kami diberi pakaian adat berupa kain sarung (bagi laki2) dan ikat pinggang warna kuning. Kemudian dipersilahkan duduk bersila di atas tikar di area tengah pura,dengan posisi seperti bersemedi. kami yang bukan umat Hindu dipersilahkan berdoa sesuai dengan agama masing2.
  

Di depan halaman tengah pura, ada bangunan lagi, namun hanya umat Hindu yang diperbolehkan kesini, dan dibuka jika ada perayaan2 besar seperti upacara Galungan dan Kuningan. Kamipun hanya sebentar saja singgah di dalam pura, karena ketika itu kebetulan akan ada upacara peringatan 10 tahun berdirinya Pura Parahyangan.


Suasana ketika itu sangat meriah menurut saya, karena banyak umbul2 disana sini, dan umat Hindu sibuk mengecat anak tangga yang menuju Pura. Suasana gotong royong masih nampak sekali, membuat senang yang melihatnya. Hingga kamipun lupa kalau ini tempat ibadah, yang seharusnya menciptakan suasana hening. Maklum, kami sesudah berdoa jadi sibuk berfoto, yang sebenarnya tidak diperbolehkan.


Ini kesibukan para umat yang sedang kerja bakti mempercantik Pura. Pantas kalau tampilan Pura nampak bersih, karena perawatannya rutin.

Ini kain kuning yang diikatkan di pinggang kami, sebagai simbol atau tata cara memasuki Pura. Kami bersyukur diperbolehkan masuk ke sini, walau sebentar tapi sudah cukup menghapus rasa penasaran kami.
 

Jika berada di tempat ini, jadi membayangkan kehidupan masa silam dimasa Prabu Siliwangi masih hidup, suasana Pura yang adem, tentram, sejuk, damai, mencerminkan kalau dulu Sang Prabu sangat mencintai rakyatnya. 

Namun, seiring berjalannya waktu, kerajaan Pajajaran yang agung, akhirnya tersingkir juga oleh Kerajaan Islam dari Banten (kalau tidak salah), dan tahta berikutnya diberikan kepada putra Prabu Siliwangi yaitu Ki An San Tang yang sudah memeluk Islam. Sedangkan Prabu Siliwangi dan rakyatnya menyingkir ke hutan, tetap memeluk kepercayaannya yaitu "Sunda Wiwitan" (yang saat ini masih teguh dipegang / dianut oleh masyarakat Baduy Dalam).
Asyek kan kalau belajar sejarah ????
 
 
Jadi wisata ke Pura Parahyangan kali ini bisa juga dijadikan wisata sejarah. Karena mendatangi tempat ini, kita jadi nambah pengetahuan tentang sejarah kerajaan Pajajaran, yang kalau kita baca akan lebih rumit dari apa yang saya sampaikan di atas.

Terkait dengan kerajaan Pajajaran, maka masih banyak tempat2 wisata di Jawa Barat yang merupakan petilasan Prabu Siliwangi. Antara lain situs Gunung Padang di Cianjur, Curug Cigentis Krawang, Gunung Padang Garut dan Goa nya, dll yang In Sya Allah akan saya datangi suatu saat nanti.

Sampai ketemu di tempat wisata lainnya ya Gaessss,,,,,!!!

Salam Jalan2 Yuukkkkk,,,,,!!

5 komentar:

  1. wahhh mantap ni mbak titi fielreport nya....kerennnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mas Budhi,,,,kapan kita jalan bareng lagi ???

      Hapus
  2. Boleh tahu no tlp humasnya ibu titi.saya mau ke sana.kebetulan ke jkt pengin ke sana.terimakasih.

    BalasHapus
  3. Nanti saya tanyakan teman saya ya Pak Nyoman,,,,dia yg minta kartu namanya waktu itu,,,,,

    BPK kapan ke Jakartanya ?

    BalasHapus
  4. Permisi kaka kalo boleh aku mau wawancara ke sana udah 2 kali ke sana tapi belum ketemu sama pemangkunya. Beleh minta kontaknya gx agar saya bisa wawancara

    BalasHapus