Minggu, 24 Januari 2016

KEDIRI, 15 - 16 Nopember 2015

Selamat siang Jalan2er,,,
Semoga gak bosan ya baca report saya, kali ini saya akan laporkan jalan2 saya ke Kota Kediri tahun lalu, tepatnya tanggal 15 dan 16 Nopember 2014. Kenapa pilih Kediri ? Karena ternyata di Kediri banyak sekali tempat wisata yang menarik dan bersejarah, mulai jaman Kerajaan hingga jaman Bung Karno kecil, dan Kediri juga merupakan kota terbesar ke 3 sesudah Surabaya dan Malang, Kediri juga dijuluki kota Tahu. Entah sekarang, sejak kedele mahal harganya karena kedele lokal sudah langka di pasaran bahkan saat ini lagi gencar2nya impor kedele, menjadikan berbagai olahan dari kedele mahal pula harganya. 

Baiklah....berhubung di Kediri hanya 2 hari, kami hanya mengunjungi tempat2 wisata yang mudah dijangkau. Dan karena kami berawal dari Jakarta, maka untuk efisiensi waktu, kami gunakan kereta api ekonomi AC yang jam 16,00 yaitu KA Brantas jurusan Jakarta Kediri supaya sampai Kediri pagi sehingga langsung bisa menikmati Kota Kediri. Kurang lebih waktu Subuh kami sudah sampai di Stasiun Kediri, teman saya sudah menunggu disana. Saya hanya berdua dari Jakarta, saya dan Nani, satu lagi teman dari Solo, Buddy, dia hanya menggunakan sepeda motor dari Solo menuju Kediri. 

Awalnya kami belum buking penginapan, karena belum sempat browsing2 hotel yang dekat dengan TKP, namun atas kebaikan teman yang menjemput saya, kami diperbolehkan menginap dirumahnya, kamipun dengan senang hati menerima kebaikan teman saya itu.

Kemudian kami bertiga langsung menuju rumah teman saya untuk mandi, Buddy ikut serta, namun sepeda motornya diparkir di stasiun kereta api. Sesudah mandi, kami menuju tempat sarapan, kata teman saya, Soto Pojok di Jl Doho sangat enak, kamipun penasaran menuju kesana. Memang enaknya luar biasa, ternyata kuah sotonya di masak di atas tungku api, jadi rasanya masih alami, sedap bercampur dengan bau asap arang batok, ini sangat beda jika masakan di masak di atas kompor gas.


Usai sarapan Soto Pojok, kami menuju Gunung Kelud, teman kami tidak berani ikut ke Gunung Kelud katanya takut, pasca letusan bulan Pebruari sebelumnya, baru akhir tahun 2014 lokawisata Gunung Kelud dibuka. Teman saya trauma dengan letusan yang dahsyat itu, sehingga kami hanya ber 4 dengan Mas sopir naik menuju G Kelud. Memang letusan Gunung Kelud yang terakhir sangat fenomental, diberitakan kalau besarnya letusan melebihi letusan Gunung Merapi dan Gunung Sinabung. Bismillah....semoga kami selamat di jalan...aamiin

Sepanjang jalan menuju Gunung Kelud banyak pemandangan yang menarik, Sungai Bengawan Solo juga ternyata ada di Kediri, dari masa asalnya ya sungai itu ? Setelah buka Wikipedia, ternyata muaranya ada di Gresik Jawa Timur, jadi Bengawan Solo ini merupakan sungai yang terpanjang di Pulau Jawa. Hhhmmmm ternyata ya ?

Baru sebentar saja berkendara, kami dikagetkan oleh bangunan indah dan megah, setelah tanya Mas sopir, ternyata bangunan itu bernama Monumen Simpang Lima Gumul, yang sebelumnya disebut sebagai Proliman (artinya Simpang 5). Desain arsitekturnya terinspirasi dari Monumen L’Archde Triomphe di Paris,  hingga kini monumen Simpang Lima Gumul menjadi ikon wisata Kota Kediri yang selalu ramai dikunjungi. Kata Mas Sopir, jika malam hari, kawasan Simpang Lima Gumul selalu ramai pengunjung. Banyak dijumpai para pedagang kaki lima yang menjajakan aneka makanan, minuman, hingga souvenir di pasar Tugu. Pasar ini disebut “tugu”, berasal dari singkatan “setuminggu”, yang berarti Sabtu dan Minggu. Pasar ini sangat ramai akan kunjungan orang-orang, terutama pada Sabtu malam dan Minggu pagi. Yaaahhhh,,,berhubung masih pagi, maka kami hanya bisa foto2 saja di Proliman itu dengan latar belakang Monumen, seperti di Paris saja layaknya,,,
Kita lanjutkan perjalanan saja yaaa,,,keburu habis waktu. Cuaca sangat panas sekali saat itu, padahal sudah memasuki bulan Nopember, yang kata teman saya bulan2 itu di atas biasanya hujan atau mendung, sehingga tidak bisa menikmati pemandangan indah Gunung Kelud. Namun, lagi2 rejeki anak shalehah, kedatangan kami disambut dengan mentari cerah, langit biru, yaaaaaa,,,,sudah nampak tanda2 mendekati area pegunungan, angin semilir, pohon2 tinggi,,,,meski banyak saya lihat pohon tumbang, kabel2 listrik menjuntai ke tanah,,,,bekas2 letusan gunung Kelud masih terlihat. Jalananpun retak.....dan banyak pohon2 yang mati terbakar. Astaghfirullahal'adziim,,,,kuasaMU luar biasa besarnya ya Allah,,,,

Lihatlah jalanan di belakang saya, retak kan ? Kabarnya bangunan2 yang dulu ada, kini sudah rata dengan tanah, jadi kita sudah tidak bisa menikmati kawah yang dulu menghijau, tangga2 menuju kawah sudah tidak ada.

 
Kami hanya disuguhi relief2 bumi yang merupakan jalannya larva letusan Gunung Kelud. Menurut sebagian orang, justru pasca letusan penampilan Gunung Kelud jadi semakin cantik, tertata kembali secara alami,,,,,,
Relief2 buminya sangat cantik kan ? Tapi kami hanya bisa menikmati dari kejauhan, karena disitu ada larangan untuk mendekati kawah, bahaya longsor masih sangat dimungkinkan terjadi. Tapi walau hanya dengan memandangi saja kami sudah puas, sudah bisa menyaksikan dari dekat indahnya Gunung Kelud,,,, 
Oh yaaa,,, untuk mencapai puncak Gunung Kelud ada ojek yang bisa disewa, tapi hanya sebatas jalan yang retak2 tadi, ongkosnya Rp 10,000,- ke atasnya lagi baru jalan kaki. Tidak seperti layaknya nanjak gunung, kesini jalannya masih landai, jadi tidak usah takut capai,,,
Sesudah puas menikmati pemandangan yang indah, kami turun kembali, saya bahkan dari atas sudah naik ojek untuk menuju parkiran ojek pertama, lalu nyambung lagi dengan ojek kedua sampai ke parkiran mobil.

 
Di parkiran mobil tersedia warung2 nasi pecel dan makanan khas Jawa Timur lainnya, juga ada tempat jualan CD tentang letusan Gunung Kelud di bulan Pebruari 2014. Banyak fenomena alam yang disebutkan di peristiwa itu, panjang sekali kalau diceritakan disini,,,pokoknya rugi kalau gak beli CD'nya.
Sesudah menikmati pecel tumpang kami turun lagi menuju kota, dan singgah di Masjid Agung Kediri yang berlokasi di Jl Jendral Sudirman untuk melaksanakan ibadah Shalat Dhuhur dan Ashar.

 
Yaaaa,,kami tidak berani sampai sore di atas, karena khawatir turun kabut dan hujan. Masjid ini juga ada sejarahnya, kata Mas Sopir, sesudah Kerajaan Majapahit runtuh maka muncul Kerajaan baru yang beragama Islam, sehingga berkembang / tumbuh masjid dan mushola di-mana2. 

Selesai shalat, kami lanjutkan perjalanan ke Goa Selomangleng, goa apakah itu ? Kata Mas Sopir, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.
Tak jauh dari lokasi gua ini juga terdapat museum Airlangga yang merupakan museum purbakala yang bisa dikunjungi dan banyak sekali menyimpan benda-benda arkeologi berupa patung/arca. Namun, ketika kami sampai di Museum Airlangga telah tutup, karena hari sudah sore. 


Selepas dari Goa Selomangleng kami menuju Stasiun Kereta Api Kediri, dikarenakan teman kami Buddy hendak melanjutkan perjalanan menuju Gunung Semeru, bergabung dengan teman2nya yang lain. Sebelum sampai stasiun kami singgah di toko pusat oleh2 khas Kediri, beberapa makanan kami beli, lumayan untuk bekal Buddy di jalan.

Belum lagi sampai rumah teman kami, hujan mengguyur Kota Kediri hingga malam. Kamipun menghabiskan malam itu dengan mengobrol bersama nyonya rumah. Tidak berapa lama teman saya yang kakak kelas sewaktu kuliah di Purwokerto datang menyambangi kami, beliau asli Kediri. Alhamdulillah bisa silaturahmi ditengah-tengah perjalanan wisata saya. Pertemuan yang tidak disangka-sangka, melahirkan sebuah rindu akan indahnya masa-masa kuliah dulu,,,

Begitu teman saya pulang, kami lanjutkan obrolan kami dengan nyonya rumah, tentang rencana perjalanan esok hari. Disarankan agak besok ke tempat2 wisata didalam kota saja, mengingat besok sudah harus kembali ke Jakarta jam 13.00. Kamipun menurut saja,,,,yang penting full time jalan. 

####

Begitu pagi menjelang, kami sudah siap2 untuk melanjutkan petualangan dikota Kediri, tepat jam 07.00 teman kami datang menjemput. Kali ini kami ber 5, mas Supir yang kemarin tidak bisa menemani kami, sehingga kami dijemput oleh teman lainnya dan kebetulan suaminya adalah seorang budayawan dari Kediri, sehingga wisata hari ini dipastikan akan lebih lengkap informasinya.

Pertama-tama kami menuju desa Bulusari Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri, tempat dimana terdapat Arca Totok Kerot berada. Konon dahulu arca ini adalah seorang putri cantik dari Blitar, dia datang ke Kerajaan Pamenang hendak melamar Sang Raja / Prabu Joyoboyo yang tersohor itu, namun sayangnya Sang Prabu tidak berkenan menerima lamaran itu sehingga menyebabkan sang putri marah dan berkelahi. Sang Putri kalah dan dikutuklah ia menjadi arca dan berbentuk Dwarapala / raksasa.

Tempat ini sangat sepi oleh pengunjung, padahal masuk kesini gratis, begitulah kadang orang kurang tertarik dengan wisata budaya. Padahal kalau dicermati, negara kita sangat kaya akan wisata budaya, dan kalau ditelusuri kembali sejarahnya dapat membangkitkan kecintaan kita kepada tanah air. Dan akhirnya kita jadi tahu, betapa negara kita sangat berjaya dimasa lalunya.
 
Arca ini awalnya tertimbun didalam tanah, ditengah persawahan penduduk, setelah ada penduduk yang mendapati sebuah batu besar di dalam tanah, ia melapor ke pemerintah setempat, sehingga dilakukan penggalian dan ternyata sebuah arca.

Tidak jauh dari arca ini terdapat lokasi petilasan Sang Aji Jayabaya, kami segera menuju kesana melewati sawah2 dan ladang jagung. Sang Aji Jayabaya adalah Raja Kediri, beliau yang tersohor dengan ramalannya yang luar biasa yang dikenal dengan "Ramalan Joyoboyo". Tempat petilasan ini bukan makam, karena dipercaya bahwa Sang Aji Jayabaya itu tidak meninggal tapi "mukhsa" atau lenyap, tempat lenyapnya ini diabadikan dengan pendirian bangunan yang disebut sebagai petilasan. Lokasinya ada di desa Menang, di depan desa ada gapura sebagai pintu masuk tempat petilasan ini. 
 
Sedangkan tempat penyimpanan mahkota Sang Aji Jayabaya letaknya agak jauh dari petilasan ini, tapi sebatas mata memandang masih terlihat lokasinya. Tapi kami tidak menuju kesana, hanya menandang dari kejauhan saja.


 
 

Sangat cepat perjalanan kali ini, sebenarnya udara di dalam petilasan sangat sejuk, walau diluar panas sekali, namun sesuai scedule kami harus melanjutkan perjalanan menuju rumah masa kecil Bung Karno, yang lebih dikenal dengan sebutan Ndalem Pojok Krapak, Wates, Kediri. Rumah ini adalah rumah bapak angkat Bung Karno, sehingga sangat dimaklumi apabila rumah ini kurang populer, namun berdasarkan cerita Sang Budayawan (suami teman saya itu), belakangan sudah sangat banyak yang berkunjung kerumah ini, mulai dari keluarga Bung Karno bahkan beberapa Presiden2 RI juga berkunjung, terlihat dari foto2 yang ada di ruang tamu rumah ini. 
Untuk meramaikan rumah ini, setiap tanggal 17 Agustus diadakan upacara memperingati Hari Kemerdekaan RI yang dihadiri oleh masyarakat sekitar juga para pengagum Bung Karno. Hiburan kesenian juga di pentaskan, karena disamping Ndalem Pojok telah dibangun Sanggar untuk latihan kesenian dan kegiatan2 lainnya. 


Berbagai souvenir juga dijual dirumah ini, mulai dari buku2 tentang Bung Karno, kaos, gantungan kunci dll semua bergambar Bung Karno. 
HHhhhmmmmm,,,waktu begitu cepat berlalu,,,,kami putuskan untuk menuju kota, mendekati Stasiun
kereta api Kediri supaya tidak ketinggalan kereta nantinya. Ditengah kota ada sebuah makam Mbah Wasil, yang katanya adalah Guru dari Sang Aji Jayabaya. Nah.....orang saktipun masih punya guru, tentu Sang Guru lebih sakti daripada muridnya.

Ternyata, Mbah Wasil itu adalah Syeh Sulaiman Syamsudin Al Wasil atau Syeh Ali Syamsu Zain yang dikabarkan sebagai Waliyullah. Banyak yang tidak menyangka kalau di tengah pusat perbelanjaan tersebut terdapat makam yang menjadi salah satu wisata religi terkenal. Letaknya di tengah pemakaman umum lingkungan Setono Gedong di belakang Masjid Aulia sekitar Jl. Dhoho. Mbah Wasil disebut  Pangeran Mekah juga, dengar2 cerita Sang Budayawan, Masjid Aulia ini dulunya dibangun oleh Sunan Kalijaga, namun pembangunannya tidak dilanjutkan, dan pindah ke Demak untuk selanjutnya membangun Masjid Raya Demak.
Saya sempatkan shalat Dhuhur di Masjid Aulia ini,,,,Subhanallah,,,ini adalah termasuk wisata religi. Dari sejarahnya tadi, sesudah muncul Kerajaan Islam maka banyak muncul pesantren2 sehingga Kediri juga akhirnya mendapat sebutan Kota Santri.

Yaaahhhhh,,,kami akhiri wisata Kediri dengan makan siang rujak cingur Mbok Bo dan es gudir (kelapa muda) yang terkenal di Jl Joyoboyo Kediri. Biasanya rujak akan lebih mantap jika disantap dengan kerupuk,,,,bukan orang Jawa namanya kalau makan tanpa bunyi2an seperti kerupuk ini. Maknyuuuzzzz tenan, pedaaassss,,,,murah dan enaaakkkk booo,,,,!!!
 
Hihihihihihi,,,,kalau ditanya berapa budgetnya kira2 ya untuk menikmati Kediri yang ternyata cantik ini ??? Saya hanya bermodalkan tiket kereta api ekonomi AC dari Jakarta - Kediri 140,000 PP di bulan Nopember 2014, saat ini tiketnya sudah naik menjadi 90,000 sekali jalan. Karena kami menginap gratis dirumah teman, dan berkeliling Kediri juga diantar teman. Jadi di-kira2 saja ya gaes, paling2 biaya tambahannya adalah biaya penginapan, sewa mobil dan makan. Makan di Kediri tidak mahal kok,,,makan pecel di Gunung Kelud saja hanya 4,000 rupiah sajo.....murah kaan ????
Kalau gak percaya ya silahkan dibuktikan aja sendiri ke Gunung Kelud,,,,,,,yuhuuuuyyyyyyy,,,,bye bye kawans,,,,selamat menikmati Indonesia,,,,,!!!!


Salam Jalan2 Yuuuk,,,,!!!

2 komentar:

  1. Salam kenal dari dealerdatsunkediri.com Dealer resmi Datsun di Kediri, Blitar

    dan Tulungagung.

    Semoga yang punya blog ini bisa beli mobil datsun di Dealer Datsun Kediri

    BalasHapus
  2. In Sya Allah kapan2 ke Kediri lagi mas Wawan

    BalasHapus