Sabtu, 23 Januari 2016

Pendakian ke Watu Meja Bukit Badar Desa Tumiyang Kec Kebasen Kab Banyumas Jawa Tengah

Hallow Jalan2er,,,,!!

Mudik ke Banyumas kali ini kepingin mencoba melakukan pendakian bukit, tingginya mungkin tidak seberapa namun jika kita melewati jalur yang ekstrim akan lumayan curam dan sangat menguras tenaga kita dan nafas kita. Ngos2an,,,ini yang biasa terjadi dan dialami ibu2 seusia saya, walau begitu rasanya gak kapok2 untuk mencoba berpetualangan seperti layaknya anak muda.

Dan ketika saya coba ajak teman untuk naik bukit, diapun dengan semangat menjawab "mau banget",,,weeezzz kayak dikasih makanan aja sampai mau banget begitu. Dan ketika hendak ajak putrinya yang masih mahasiswi, malah angkat tangan dan gak mau banget, sungguh bertolak belakang ya ? Ada apa gerangan di sana ?  

Yaaaaa,,,,yang bikin penasaran kali ini adalah sebuah tempat di ketinggian yang lagi ngetrend di wilayah Kabupaten Banyumas yaitu Watu Meja Bukit Badar, lokasi tepatnya ada di desa Tumiyang Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Akhirnya kami putuskan untuk naik sepeda motor untuk menuju ke Watu Meja. 

Jalan menuju ke sini mudah dijangkau, namun lebih baik naik sepeda motor karena angkutan umum belum tersedia :

Jika kita dari Purwokerto jalanlah ke arah Kecamatan Patikraja / jalur selatan menuju Bandung. Sampai di pasar Patikraja terdapat 2 ruas jalan, yang kekanan menuju Bandung sedang yang kiri menuju Kebasen. Kita pilih yang kekiri, arah menuju Kebasen. Kita bakal melewati Jembatan Sungai Serayu, sesudah itu akan bertemu pertigaan, yang arah kekiri menuju Banyumas, dan kekanan menuju Kebasen, tentu kita ambil yang ke kanan. Di pertigaan ini terdapat tugu wayang seperti ini.

 
Sesudah belok kanan, kita ikuti saja jalannya. Jalan sedikit berkelok-kelok, di kanan kirinya terdapat sawah2 dan kebun serta bukit pegunungan Serayu yang nampak hijau. Kurang lebih 15 menit menggunakan sepeda motor (dari tugu ini) kita akan menemukan papan nama arah menuju Watu Meja. Nah jalan masuk menuju Watu Meja ada 2, maju kurang lebih 100 meter lagi akan bertemu dengan pintu masuk yang ke 2. 

 

Kemudian jika kita dari Pasar Banyumas, maka kita lewat jalan sebelah utara pasar belok kiri, atau kalau dari arah Purwokerto sesudah Jembatan Sungai Serayu ke kanan, ikuti terus jalannya ke arah Kebasen, nanti akan ketemu pertigaan jalan yang ada papan petunjuk ke Kebasen. Ikuti jalannya terus, lurus saja sampai ketemu tugu Wayang seperti gambar di atas. Lokasi tugu ada didesa Mandirancan. Sesudah ketemu tugu maka arah selanjutnya sama seperti yang sudah diuraikan di atas.

Jalan masuk ke Watu Meja licin jika hujan, sehingga kita harus hati2 bawa sepeda motornya, mobil belum bisa masuk ke lokasi ini. Tempat parkir ada di depan rumah warga, tidak dipungut uang parkir disini. Masih baik ya warga kampung sini ? Sesudah parkir kita mulai jalan kaki menuju lokasi, melewati jalan yang masih asli, masih tanah, terbayang jika hujan seperti apa licinnya ? Oleh karena itu, warga menyediakan sandal jepit, free, bapak itu bilang : pakai sandal japit bu, karena jalanan licin dan berlumpur, sepatunya titip disini saja, nanti kalau sandalnya putus ya dibuang saja.

Saya pikir tadinya nyewa sandalnya, tapi tidak, kita hanya isi kotak sukarela untuk tanda masuknya dan isi buku tamu. Hasil dari sumbangan suka rela ini akan digunakan oleh warga untuk memperbaiki jalanan menuju lokasi. 


Memang jalanan masih nampak asli ya ? Hanya dibuat undak2an dan masih berbentuk tanah, dengan pegangan bambu di pinggirnya. Tanjakan menuju bukit ini ada 2, yang satu jalannya landai, makanya agak jauh karena dibuat melingkar. Sedang yang satunya berupa jalan pintas, namun nanjaknya ekstrim. Ketika itu kami menggunakan jalanan yang landai, sehingga kurang lebih satu jam baru sampai ke atas. Sementara kata warga jika menggunakan jalur ekstrim hanya memakan waktu 15 menit.

 

Biar landai cukup menguras tenaga juga, nafas semakin berkejar-kejaran, jadi inilah jawabannya mengapa putri teman saya tidak mau diajak ke Watu Meja,,,lumayan capai bro,,,,!! Kalau saya capai ya berhenti dul, minum dulu, atur nafas dulu supaya lancar, habis itu baru jalan lagi,,,,slow aja,,,



Nanti jika sudah ketemu hutan pinus maka diperkirakan akan sampai ke TKP. Dan benar, ketika kami sampai hutan pinus sudah terdengar orang2 yang ada di atas sana, sebatas mata memandang sudah terlihat bendera merah putih di atas bukit, namun untuk mencapainya tidak sebentar, kami sempat singgah juga di warung penjual minuman.

Iseng2 saya tanya ke ibu2 penjual minuman, kenapa Watu Meja mendadak jadi incaran travellers ? Ada apa yang istimewa disini bu ? Katanya tempat ini sudah dari dulu ada, malah sejak ibu itu belum lahir sudah ada, yaitu tempat petilasan Raden Kamandaka. Raden Kamandaka adalah tokoh ksatria di wilayah Banyumas yaitu menantu dari Raja Pasir Luhur yang nikah dengan putrinya yang bernama Ciptoroso, ceritanya panjang ada di buku Babad Banyumas. Patung Raden Kamandaka dan Ciptoroso ini dijadikan icon di wisata Baturaden di Purwokerto. Ada yang bilang juga bahwa tempat ini merupakan tempat bertemunya para wali, sehingga dikeramatkan sampai sekarang. Ada masyarakat yang masih memberikan sesaji di Watu Meja bahkan masih ada yang suka melakukan "tapa/semedi" jika ingin mendapatkan sesuatu, biasanya jika ingin mendapatkan kedudukan di pemerintahan.


Watu itu bahasa Jawa yang artinya Batu, jadi Watu Meja diartikan sebagai Batu yang berbentuk seperti meja, seperti foto di atas, batunya hanya sederhana. Yang luar biasa adalah, ketika kita sudah di puncak batu ini, di depan kita terhampar pemandangan yang luar biasa indahnya, ada sungai serayu yang berkelok-kelok, jalan raya yang penuh kendaraan berlalu lalang, bukit hijau dan jembatan kereta api yang di bangun di atas sungai Serayu.


Tambahan cerita dari Ibu warung tadi, katanya sejak ada mahasiswa yang KKN disinilah maka tempat ini menjadi naik daun, karena foto2 dari lokasi ini langsung di share di media2 sosial. Jadi anak sekarang bilang kalau tempat ini sangat istagramable. Sangat kekinian kan istilahnya ???



Kami sengaja  berlama-lama disini, duduk di atas batu2 sambil menunggu kereta api lewat di jembatan, dan ketika kereta sudah lewat rasanya puas sekali. Kami putuskan untuk pulang karena takut kegelapan dan hujan.Tapi kami sempatkan untuk makan pecel seharga Rp. 4.000,- sudah cukup kenyang. Yaa tak usah khawatir karena di atas sini banyak tersedia warung2 yang jual makanan dan minuman, meski masih sederhana tapi sangat membantu mengatasi perut yang kelaparan.


Jika kesininya dengan rombongan banyak tentu tak akan takut kegelapan, karena banyak anak2 muda yang menikmati sunset dari Watu Meja ini. Rupanya warga masyarakat belum membatasi jam kunjungan ke lokasi ini, mereka hanya memperhatikan jika masih ada sepeda motor di tempat penitipan motor berarti masih ada pengunjung di atas, jika malam belum turun juga maka warga yang berfungsi sebagai petugas keamanan akan menuju lokasi untuk melakukan pengecekan sambil membawa lampu senter.

Begitulah, ketika kami sudah berhasil menuruni bukit lewat jalur ekstrim, ternyata memang cepat sekali, hanya 20 menit kami sudah sampai di tempat kami nukar sandal tadi. Dan rupanya hujan turun, kamipun berteduh dirumah penduduk yang ketempatan sebagai pos pintu masuk, tapi kami hanya duduk2 di teras rumahnya, duduk dilantai. Di pojok teras saya lihat ada termos, kopi, gula pasir dan beberapa gelas. Saya pikir itu dijual, ketika saya hendak beli kopi 2 gelas, kata mas petugas keamanan suruh bikin sendiri minumannya. Dan ketika minuman sudah habis, dan berniat membayarnya mas itu menolak, katanya gratis. Loh,,,enak banget ya dapat kopi panas gratis ??

Penasaran ??? Datang saja ke Watu Meja Bukit Badar,,,,,

Salam Jalan2 Yuuuk,,,!!



1 komentar: