Selamat siang Jalan2er,,,
####
Semoga gak bosan ya baca report saya, kali ini saya akan laporkan
jalan2 saya ke Kota Kediri tahun lalu, tepatnya tanggal 15 dan 16
Nopember 2014. Kenapa pilih Kediri ? Karena ternyata di Kediri banyak
sekali tempat wisata yang menarik dan bersejarah, mulai jaman Kerajaan
hingga jaman Bung Karno kecil, dan Kediri juga merupakan kota terbesar
ke 3 sesudah Surabaya dan Malang, Kediri juga dijuluki kota Tahu. Entah
sekarang, sejak kedele mahal harganya karena kedele lokal sudah langka
di pasaran bahkan saat ini lagi gencar2nya impor kedele, menjadikan
berbagai olahan dari kedele mahal pula harganya.
Baiklah....berhubung di Kediri hanya 2 hari, kami hanya mengunjungi
tempat2 wisata yang mudah dijangkau. Dan karena kami berawal dari
Jakarta, maka untuk efisiensi waktu, kami gunakan kereta api ekonomi AC
yang jam 16,00 yaitu KA Brantas jurusan Jakarta Kediri supaya sampai
Kediri pagi sehingga langsung bisa menikmati Kota Kediri. Kurang lebih
waktu Subuh kami sudah sampai di Stasiun Kediri, teman saya sudah
menunggu disana. Saya hanya berdua dari Jakarta, saya dan Nani, satu
lagi teman dari Solo, Buddy, dia hanya menggunakan sepeda motor dari
Solo menuju Kediri.
Awalnya kami belum buking penginapan, karena belum
sempat browsing2 hotel yang dekat dengan TKP, namun atas kebaikan teman
yang menjemput saya, kami diperbolehkan menginap dirumahnya, kamipun
dengan senang hati menerima kebaikan teman saya itu.
Kemudian kami bertiga langsung menuju rumah teman saya untuk mandi,
Buddy ikut serta, namun sepeda motornya diparkir di stasiun kereta api.
Sesudah mandi, kami menuju tempat sarapan, kata teman saya, Soto Pojok
di Jl Doho sangat enak, kamipun penasaran menuju kesana. Memang enaknya
luar biasa, ternyata kuah sotonya di masak di atas tungku api, jadi
rasanya masih alami, sedap bercampur dengan bau asap arang batok, ini
sangat beda jika masakan di masak di atas kompor gas.
Usai sarapan Soto Pojok, kami menuju Gunung Kelud, teman kami tidak
berani ikut ke Gunung Kelud katanya takut, pasca letusan bulan Pebruari
sebelumnya, baru akhir tahun 2014 lokawisata Gunung Kelud dibuka. Teman
saya trauma dengan letusan yang dahsyat itu, sehingga kami hanya ber 4
dengan Mas sopir naik menuju G Kelud. Memang letusan Gunung Kelud yang
terakhir sangat fenomental, diberitakan kalau besarnya letusan melebihi
letusan Gunung Merapi dan Gunung Sinabung. Bismillah....semoga kami
selamat di jalan...aamiin
Sepanjang jalan menuju Gunung Kelud banyak pemandangan yang menarik,
Sungai Bengawan Solo juga ternyata ada di Kediri, dari masa asalnya ya
sungai itu ? Setelah buka Wikipedia, ternyata muaranya ada di Gresik
Jawa Timur, jadi Bengawan Solo ini merupakan sungai yang terpanjang di
Pulau Jawa. Hhhmmmm ternyata ya ?
Baru sebentar saja berkendara, kami dikagetkan oleh bangunan indah dan
megah, setelah tanya Mas sopir, ternyata bangunan itu bernama Monumen
Simpang Lima Gumul, yang sebelumnya disebut sebagai Proliman (artinya
Simpang 5). Desain arsitekturnya terinspirasi dari Monumen L’Archde
Triomphe di Paris, hingga kini monumen Simpang Lima Gumul menjadi ikon
wisata Kota Kediri yang selalu ramai dikunjungi. Kata Mas Sopir, jika
malam hari, kawasan Simpang Lima Gumul selalu ramai pengunjung. Banyak
dijumpai para pedagang kaki lima yang menjajakan aneka makanan, minuman,
hingga souvenir di pasar Tugu. Pasar ini disebut “tugu”, berasal dari
singkatan “setuminggu”, yang berarti Sabtu dan Minggu. Pasar ini sangat
ramai akan kunjungan orang-orang, terutama pada Sabtu malam dan Minggu
pagi. Yaaahhhh,,,berhubung masih pagi, maka kami hanya bisa foto2 saja
di Proliman itu dengan latar belakang Monumen, seperti di Paris saja
layaknya,,,
Kita lanjutkan perjalanan saja yaaa,,,keburu habis waktu. Cuaca sangat
panas sekali saat itu, padahal sudah memasuki bulan Nopember, yang kata
teman saya bulan2 itu di atas biasanya hujan atau mendung, sehingga
tidak bisa menikmati pemandangan indah Gunung Kelud. Namun, lagi2 rejeki
anak shalehah, kedatangan kami disambut dengan mentari cerah, langit
biru, yaaaaaa,,,,sudah nampak tanda2 mendekati area pegunungan, angin
semilir, pohon2 tinggi,,,,meski banyak saya lihat pohon tumbang, kabel2
listrik menjuntai ke tanah,,,,bekas2 letusan gunung Kelud masih
terlihat. Jalananpun retak.....dan banyak pohon2 yang mati terbakar.
Astaghfirullahal'adziim,,,,kuasaMU luar biasa besarnya ya Allah,,,,
Lihatlah jalanan di belakang saya, retak kan ? Kabarnya bangunan2 yang dulu ada, kini sudah rata dengan tanah, jadi kita sudah tidak bisa menikmati kawah yang dulu menghijau, tangga2 menuju kawah sudah tidak ada.
Lihatlah jalanan di belakang saya, retak kan ? Kabarnya bangunan2 yang dulu ada, kini sudah rata dengan tanah, jadi kita sudah tidak bisa menikmati kawah yang dulu menghijau, tangga2 menuju kawah sudah tidak ada.
Kami hanya disuguhi relief2 bumi yang merupakan jalannya larva
letusan Gunung Kelud. Menurut sebagian orang, justru pasca letusan
penampilan Gunung Kelud jadi semakin cantik, tertata kembali secara
alami,,,,,,
Relief2 buminya sangat cantik kan ? Tapi kami hanya bisa menikmati dari
kejauhan, karena disitu ada larangan untuk mendekati kawah, bahaya
longsor masih sangat dimungkinkan terjadi. Tapi walau hanya dengan
memandangi saja kami sudah puas, sudah bisa menyaksikan dari dekat
indahnya Gunung Kelud,,,,
Oh yaaa,,, untuk mencapai puncak Gunung Kelud ada ojek yang bisa
disewa, tapi hanya sebatas jalan yang retak2 tadi, ongkosnya Rp 10,000,-
ke atasnya lagi baru jalan kaki. Tidak seperti layaknya nanjak gunung,
kesini jalannya masih landai, jadi tidak usah takut capai,,,
Sesudah puas menikmati pemandangan yang indah, kami turun kembali, saya
bahkan dari atas sudah naik ojek untuk menuju parkiran ojek pertama,
lalu nyambung lagi dengan ojek kedua sampai ke parkiran mobil.
Di parkiran mobil tersedia warung2 nasi pecel dan makanan khas Jawa Timur lainnya, juga ada tempat jualan CD tentang letusan Gunung Kelud di bulan Pebruari 2014. Banyak fenomena alam yang disebutkan di peristiwa itu, panjang sekali kalau diceritakan disini,,,pokoknya rugi kalau gak beli CD'nya.
Di parkiran mobil tersedia warung2 nasi pecel dan makanan khas Jawa Timur lainnya, juga ada tempat jualan CD tentang letusan Gunung Kelud di bulan Pebruari 2014. Banyak fenomena alam yang disebutkan di peristiwa itu, panjang sekali kalau diceritakan disini,,,pokoknya rugi kalau gak beli CD'nya.
Sesudah menikmati pecel tumpang kami turun lagi menuju kota, dan
singgah di Masjid Agung Kediri yang berlokasi di Jl Jendral Sudirman
untuk melaksanakan ibadah Shalat Dhuhur dan Ashar.
Yaaaa,,kami tidak berani sampai sore di atas, karena khawatir turun kabut dan hujan. Masjid ini juga ada sejarahnya, kata Mas Sopir, sesudah Kerajaan Majapahit runtuh maka muncul Kerajaan baru yang beragama Islam, sehingga berkembang / tumbuh masjid dan mushola di-mana2.
Yaaaa,,kami tidak berani sampai sore di atas, karena khawatir turun kabut dan hujan. Masjid ini juga ada sejarahnya, kata Mas Sopir, sesudah Kerajaan Majapahit runtuh maka muncul Kerajaan baru yang beragama Islam, sehingga berkembang / tumbuh masjid dan mushola di-mana2.
Selesai shalat, kami lanjutkan perjalanan ke Goa Selomangleng, goa
apakah itu ? Kata Mas Sopir, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh
Dewi Kilisuci sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri
mahkota Raja Erlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang
diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan
dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.
Tak jauh dari lokasi gua ini juga terdapat museum Airlangga yang
merupakan museum purbakala yang bisa dikunjungi dan banyak sekali
menyimpan benda-benda arkeologi berupa patung/arca. Namun, ketika kami
sampai di Museum Airlangga telah tutup, karena hari sudah sore.
Selepas dari Goa Selomangleng kami menuju Stasiun Kereta Api Kediri,
dikarenakan teman kami Buddy hendak melanjutkan perjalanan menuju Gunung
Semeru, bergabung dengan teman2nya yang lain. Sebelum sampai stasiun
kami singgah di toko pusat oleh2 khas Kediri, beberapa makanan kami
beli, lumayan untuk bekal Buddy di jalan.
Belum lagi sampai rumah teman kami, hujan mengguyur Kota Kediri hingga
malam. Kamipun menghabiskan malam itu dengan mengobrol bersama nyonya
rumah. Tidak berapa lama teman saya yang kakak kelas sewaktu kuliah di
Purwokerto datang menyambangi kami, beliau asli Kediri. Alhamdulillah
bisa silaturahmi ditengah-tengah perjalanan wisata saya. Pertemuan yang
tidak disangka-sangka, melahirkan sebuah rindu akan indahnya masa-masa
kuliah dulu,,,
Begitu teman saya pulang, kami lanjutkan obrolan kami dengan nyonya
rumah, tentang rencana perjalanan esok hari. Disarankan agak besok ke
tempat2 wisata didalam kota saja, mengingat besok sudah harus kembali ke
Jakarta jam 13.00. Kamipun menurut saja,,,,yang penting full time
jalan.
Begitu pagi menjelang, kami sudah siap2 untuk melanjutkan petualangan
dikota Kediri, tepat jam 07.00 teman kami datang menjemput. Kali ini
kami ber 5, mas Supir yang kemarin tidak bisa menemani kami, sehingga
kami dijemput oleh teman lainnya dan kebetulan suaminya adalah seorang
budayawan dari Kediri, sehingga wisata hari ini dipastikan akan lebih
lengkap informasinya.
Pertama-tama kami menuju desa Bulusari Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri,
tempat dimana terdapat Arca Totok Kerot berada. Konon dahulu arca ini
adalah seorang putri cantik dari Blitar, dia datang ke Kerajaan Pamenang
hendak melamar Sang Raja / Prabu Joyoboyo yang tersohor itu, namun
sayangnya Sang Prabu tidak berkenan menerima lamaran itu sehingga
menyebabkan sang putri marah dan berkelahi. Sang Putri kalah dan
dikutuklah ia menjadi arca dan berbentuk Dwarapala / raksasa.
Tempat ini sangat sepi oleh
pengunjung, padahal masuk kesini gratis, begitulah kadang orang kurang
tertarik dengan wisata budaya. Padahal kalau dicermati, negara kita
sangat kaya akan wisata budaya, dan kalau ditelusuri kembali sejarahnya
dapat membangkitkan kecintaan kita kepada tanah air. Dan akhirnya kita
jadi tahu, betapa negara kita sangat berjaya dimasa lalunya.
Arca ini awalnya tertimbun didalam tanah, ditengah persawahan penduduk,
setelah ada penduduk yang mendapati sebuah batu besar di dalam tanah,
ia melapor ke pemerintah setempat, sehingga dilakukan penggalian dan
ternyata sebuah arca.
Tidak jauh dari arca ini terdapat
lokasi petilasan Sang Aji Jayabaya, kami segera menuju kesana melewati
sawah2 dan ladang jagung. Sang Aji Jayabaya adalah Raja Kediri, beliau
yang tersohor dengan ramalannya yang luar biasa yang dikenal dengan
"Ramalan Joyoboyo". Tempat petilasan ini bukan makam, karena dipercaya
bahwa Sang Aji Jayabaya itu tidak meninggal tapi "mukhsa" atau lenyap,
tempat lenyapnya ini diabadikan dengan pendirian bangunan yang disebut
sebagai petilasan. Lokasinya ada di desa Menang, di depan desa ada
gapura sebagai pintu masuk tempat petilasan ini.
Sangat cepat perjalanan kali ini, sebenarnya udara di dalam petilasan sangat sejuk, walau diluar panas sekali, namun sesuai scedule kami harus melanjutkan perjalanan menuju rumah masa kecil Bung Karno, yang lebih dikenal dengan sebutan Ndalem Pojok Krapak, Wates, Kediri. Rumah ini adalah rumah bapak angkat Bung Karno, sehingga sangat dimaklumi apabila rumah ini kurang populer, namun berdasarkan cerita Sang Budayawan (suami teman saya itu), belakangan sudah sangat banyak yang berkunjung kerumah ini, mulai dari keluarga Bung Karno bahkan beberapa Presiden2 RI juga berkunjung, terlihat dari foto2 yang ada di ruang tamu rumah ini.
Untuk meramaikan rumah ini, setiap tanggal 17 Agustus diadakan upacara
memperingati Hari Kemerdekaan RI yang dihadiri oleh masyarakat sekitar
juga para pengagum Bung Karno. Hiburan kesenian juga di pentaskan,
karena disamping Ndalem Pojok telah dibangun Sanggar untuk latihan
kesenian dan kegiatan2 lainnya.
Berbagai souvenir juga dijual dirumah ini, mulai dari buku2 tentang
Bung Karno, kaos, gantungan kunci dll semua bergambar Bung Karno.
HHhhhmmmmm,,,waktu begitu cepat berlalu,,,,kami putuskan untuk menuju
kota, mendekati Stasiun
kereta api Kediri supaya tidak ketinggalan
kereta nantinya. Ditengah kota ada sebuah makam Mbah Wasil, yang katanya
adalah Guru dari Sang Aji Jayabaya. Nah.....orang saktipun masih punya
guru, tentu Sang Guru lebih sakti daripada muridnya.
Ternyata, Mbah Wasil itu adalah Syeh Sulaiman Syamsudin Al Wasil atau
Syeh Ali Syamsu Zain yang dikabarkan sebagai Waliyullah. Banyak yang
tidak menyangka kalau di tengah pusat perbelanjaan tersebut terdapat
makam yang menjadi salah satu wisata religi terkenal. Letaknya di tengah
pemakaman umum lingkungan Setono Gedong di belakang Masjid Aulia
sekitar Jl. Dhoho. Mbah Wasil disebut Pangeran Mekah juga, dengar2
cerita Sang Budayawan, Masjid Aulia ini dulunya dibangun oleh Sunan
Kalijaga, namun pembangunannya tidak dilanjutkan, dan pindah ke Demak
untuk selanjutnya membangun Masjid Raya Demak.
Yaaahhhhh,,,kami akhiri wisata Kediri dengan makan siang rujak cingur
Mbok Bo dan es gudir (kelapa muda) yang terkenal di Jl Joyoboyo Kediri.
Biasanya rujak akan lebih mantap jika disantap dengan kerupuk,,,,bukan
orang Jawa namanya kalau makan tanpa bunyi2an seperti kerupuk ini.
Maknyuuuzzzz tenan, pedaaassss,,,,murah dan enaaakkkk booo,,,,!!!
Hihihihihihi,,,,kalau ditanya berapa budgetnya kira2 ya untuk menikmati
Kediri yang ternyata cantik ini ??? Saya hanya bermodalkan tiket kereta
api ekonomi AC dari Jakarta - Kediri 140,000 PP di bulan Nopember 2014,
saat ini tiketnya sudah naik menjadi 90,000 sekali jalan. Karena kami
menginap gratis dirumah teman, dan berkeliling Kediri juga diantar
teman. Jadi di-kira2 saja ya gaes, paling2 biaya tambahannya adalah
biaya penginapan, sewa mobil dan makan. Makan di Kediri tidak mahal
kok,,,makan pecel di Gunung Kelud saja hanya 4,000 rupiah sajo.....murah
kaan ????
Kalau gak percaya ya silahkan dibuktikan aja sendiri ke Gunung
Kelud,,,,,,,yuhuuuuyyyyyyy,,,,bye bye kawans,,,,selamat menikmati
Indonesia,,,,,!!!!
Salam Jalan2 Yuuuk,,,,!!!