Kalau ingat Jember yang terbayang adalah Jember Fashion Carnaval atau sering disebut JFC. Ini merupakan sebuah even karnaval busana yang setiap tahun digelar setiap bulan Agustus. Bulan Agustus 2014 saya dan teman2 ke Jember, naik kereta ekonomi dari Stasiun Senen menuju Purwokerto dulu untuk menjemput teman, dan baru pagi2 esok harinya kami menuju Jogya untuk menjemput teman juga, malam harinya sama2 ke Surabaya untuk kemudian lanjut menggunakan bus menuju Jember. Perjalanan yang melelahkan, namun mengasyikan mengingat ini kali pertama kami jalan ramai2. Jadi masih di bilang kurang pengalaman dalam urusan transportasi.
Kurang lebih jam 06 pagi kami sampai di Jember, dan teman kami sudah siap menjemput di terminal. Teman kami yang lain dari Purwokerto ternyata juga sudah sampai di Jember, jadi kami semua ber 6 plus nyonya rumuah jadi ber 7,,wow ramai sekali kalau ibu2 udah ngumpul.
Begitu sampai dirumah teman, nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauknyapun sudah terhidang di gazebo depan rumahnya. Luar biasa penyambutan teman saya itu.
Hari pertama, 24 Agustus 2014.
1. Jember Fashion Carnaval (JFC)
Selesai sarapan kami langsung menuju jalan raya yang kira2 akan dilewati JFC. Yaaaa karena kami dadakan saja dalam berkunjung ke Jember, sehingga kami sudah tidak kebagian tiket VIP, dan kami hanya bisa nonton di pinggir jalan bersama-sama dengan masyarakat Jember yang jumlahnya ribuan barangkali.
Suasana seperti ini tidak mengganggu kebahagiaan kami ketika itu, karena saking penasarannya pingin menyaksikan kehebohan JFC dari dekat. Jalanan yang dilewati JFC ditutup sementara, jadi walaupun kami berusaha menuju tempat start didepan alun2 juga tidak bisa.
Kurang lebih sebanyak 400 an peserta berkarnaval,dan terbagi dalam 8 defile yang masing-masing defile mencerminkan tren busana pada tahun yang bersangkutan.
Jenis2 defile antara lain Archipelago, yang mengangkat tema busana nasional dari daerah tertentu seperti Jawa, Bali, Madura, Dayak, Papua, Sumatera dan lain2. Juga ada defile yang mengangkat tema fashion yang sedang trend dari suatu negara atau kelompok tertentu atau peristiwa global lainnya. Biasanya masing2 defile berkompetisi untuk meraih penghargaan-penghargaan.
JFC ketika itu dilakukan selama 4 hari, namun kami hanya mengambil hari terakhir karena kebetulan pas hari libur. Tema defile hari terakhir adalah 13 TRIANGLE Dynamic In Harmony SHOW TIME, dengan catwalk sepanjang Jl. Sudarman (start), Jl. Sultan Agung, Jl. Gajah Mada , SPORT HALL (finish)
Antrian JFC ini kurang lebih 3,6 km, tak terbayang kapan selesainya, berhubung rasa penasaran kami sudah terbayar, maka sebelum selesai JFC kami sudahi saja nontonnya, dan kami lanjutkan perjalanan menuju pantai Papuma.
2. Pantai Papuma
Akhir2 ini pantai Papuma mendapat julukan sebagai salah satu pantai eksotik yang ada di Jawa Timur. Lokasinya ada di Desa Lojejer kecamatan Wuluhan kabupaten Jember, kurang lebih 30 Km dari pusat kota Jember. Kalau dari rumah teman saya bisa ditempuh kurang lebih 30 menit. Sore itu ceritanya kami hendak berburu sunset, sehingga harus buru2 meninggalkan JFC yang masih berlangsung.
Namun begitu sampai di pantai Papuma, kami mendatangi lokasi yang kurang pas untuk melihat sunset, mentari tidak terlihat ketika kami disini, harusnya mengambil posisi agak jauh. Hanya terlihat semburat sinar matahari yang terpancar tepat mengenai batu yang paling besar di belakang saya. Tapi tak apa, pasir putih dan batu2an yang ada di sekitar pantai sudah cukup membuat kami takjub.
Pantai Papuma merupakan pantai selatan, ombaknya dikenal sangat ganas sehingga harus hati2 dan patuh pada larangan2 yang tertulis di papan2 sepanjang pantai. Batu2 yang ada di pantai ini jika dihitung jumlahnya ada 7 batu karang dan ada namanya yaitu Dhampar Kencana, Genteng/Kura-Kura, Kodok, Kresna, Narada, dan Kajang. Ada juga yang menyebutnya Batara Guru, Kresna, Narada, Nusa Barong, dan Kajang. Kami tidak berani mendekati batu2 itu, karena khawatir kalau ombaknya gede, meski kalau dari kejauhan terlihat dangkal.
Jika ingin melihat ritual larung sesajen di pantai Papuma, musti kudu cari2 info dulu bulan2 apa diadakannya. Info inipun saya dapatkan dari mas2 warung sea food di pinggir pantai, katanya kalau lagi ada persembahan/larung sesajen biasanya ramai. Ritual ini merupakan tradisi warga sekitar sebagai perwujudan rasa syukur atas kelimpahan panen ikan dan sebagai bentuk permohonan agar panen ikan terjadi sepanjang tahun.
Yaaaaa,,,jika lapar di sekitar pantai ini banyak warung2 yang jual sea food, rasanya lumayan enak. Sehabis makan kami pulang kerumah teman, karena sudah ditelpon sama teman lain yang akan ikut naik ke gunung Ijen nanti malam.
Hari Kedua, 25 Agustus 2014.
1. Gunung Ijen
Gunung Ijen termasuk gunung berapi yang masih aktif yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi Jawa Timur. Ketinggian gunung ini sekitar 2.443 meter dpl dan berdampingan dengan Gunung Merapi. mengapa sampai kepingin ke Gunung Ijen ???? Adanya api biru di kawah gunung Ijen atau yang disebut blue fire, fenomena alam ini hanya ada di 2 tempat didunia dan salah satunya adalah di gunung Ijen. Subhanallah,,,
Pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Disini segala sesuatunya di persiapkan, mulai dari kaos tangan, baju hangat, senter, topi dll nya, jangan sampai di atas kedinginan, juga membawa air mineral secukupnya. Jika sudah siap, mulailah dengan berjalan kaki kurang lebih sekitar 3 km. Begitu melangkah dari Paltidung rasanya sudah mulai menanjak, hati sudah sedikit ciut karena ini kali pertama saya mendaki gunung.
Jam 01,00 ketika itu, bintang sangat banyak bertebaran di langit, cuaca sangat bagus untuk melakukan pendakian. Rombongan lain juga nampak memulai mendaki, baik turis domestik maupun mancanegara. Tahap pertama ini terasa berat, dan katanya kurang lebih 1,5 km jauhnya, kemiringannya juga lumayan curam hampir 45 derajat.
Ber-kali2 saya istirahat, nafas serasa mau berhenti, segera saya tarik nafas panjang dan dikeluarkan lewat mulut, dan minum air mineral seteguk. Tak disangka akhirnya sampai juga ke tempat yang agak landai, di Pos Bunder kami beristirahat lama.
Selanjutnya jalanan terasa landai, namun tak di-sangka2, bau belerang sangat kuat sekali menyengat di hidung, teman saya yang asma langsung batuk2, dan ber-kali2 minum air mineral. Beruntung ketemu bapak2 pencari belerang, sehingga dikasih tips agar masker penutup hidungnya dibasahi dengan air mineral dan dipakai lagi, ini akan mengurangi bau belerang, sehingga nafas bisa normal kembali.
Dan bapak2 pencari belerang itu akhirnya kami mintai tolong untuk memandu kami ke atas sambil membawakan tas kami.Ketika sampai puncak, suasana masih gelap gulita, sehingga kami tidak berani turun ke kawah, di tambah lagi badai belerang datang lagi, tapi meski tertutup belerang, dari puncak samar2 terlihat blue fire dan sangat kecil. Dan kamipun dengan kecewa buru2 turun kembali karena tidak kuat mencium bau belerang yang makin kuat menyengat. Yaaaaa,,,pendakian kami mungkin mengecewakan, tapi kepuasan juga sudah didapat manakala saya sadari bahwa saya berhasil sampai puncak Ijen.
Pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Disini segala sesuatunya di persiapkan, mulai dari kaos tangan, baju hangat, senter, topi dll nya, jangan sampai di atas kedinginan, juga membawa air mineral secukupnya. Jika sudah siap, mulailah dengan berjalan kaki kurang lebih sekitar 3 km. Begitu melangkah dari Paltidung rasanya sudah mulai menanjak, hati sudah sedikit ciut karena ini kali pertama saya mendaki gunung.
Jam 01,00 ketika itu, bintang sangat banyak bertebaran di langit, cuaca sangat bagus untuk melakukan pendakian. Rombongan lain juga nampak memulai mendaki, baik turis domestik maupun mancanegara. Tahap pertama ini terasa berat, dan katanya kurang lebih 1,5 km jauhnya, kemiringannya juga lumayan curam hampir 45 derajat.
Ber-kali2 saya istirahat, nafas serasa mau berhenti, segera saya tarik nafas panjang dan dikeluarkan lewat mulut, dan minum air mineral seteguk. Tak disangka akhirnya sampai juga ke tempat yang agak landai, di Pos Bunder kami beristirahat lama.
Selanjutnya jalanan terasa landai, namun tak di-sangka2, bau belerang sangat kuat sekali menyengat di hidung, teman saya yang asma langsung batuk2, dan ber-kali2 minum air mineral. Beruntung ketemu bapak2 pencari belerang, sehingga dikasih tips agar masker penutup hidungnya dibasahi dengan air mineral dan dipakai lagi, ini akan mengurangi bau belerang, sehingga nafas bisa normal kembali.
Dan bapak2 pencari belerang itu akhirnya kami mintai tolong untuk memandu kami ke atas sambil membawakan tas kami.Ketika sampai puncak, suasana masih gelap gulita, sehingga kami tidak berani turun ke kawah, di tambah lagi badai belerang datang lagi, tapi meski tertutup belerang, dari puncak samar2 terlihat blue fire dan sangat kecil. Dan kamipun dengan kecewa buru2 turun kembali karena tidak kuat mencium bau belerang yang makin kuat menyengat. Yaaaaa,,,pendakian kami mungkin mengecewakan, tapi kepuasan juga sudah didapat manakala saya sadari bahwa saya berhasil sampai puncak Ijen.
Di Pondok Bunderpun kami berhenti kembali, sudah berkurang bau belerang disini, dan rasanya sudah lega terbebas dari serangan uap belerang. Jadi paham kenapa tiba2 ada orang yang tiba2 meninggal ketika sedang mendaki gunung karena mungkin tiba2 terserang sesak napas akibat uap belerang ini. Alhamdulillah kami masih dilindungi Allah SWT,,,,,,terima kasih Allah,,,!!
Dan sinar mentaripun sudah nampak di gunung sebelah, cuaca sangat cerah, namun di sisi langit yang lain masih nampak awan tebal.
Bagai kapas awan itu beterbangan di kejauhan sana,,Subhanallah,,,!! Meski kekecewaan masih menyelimuti hati saya karena tidak bisa melihat hijaunya kawah Ijen, dengan melihat keindahan awan ini hati sedikit terhibur. Dan barangkali ada hikmah tersendiri di balik ini semua.
Makin kebawah makin ramai oleh lalu lalang bapak2 pencari belerang, juga masih banyak wisatawan yang baru naik di siang bolong itu, tapi kemungkinan besar malah mereka akan menemui keindahan kawah di atas sana.
Bungapun bermekaran menyambut pagi yang cerah di kawasan hutan ini. Dan begitu sampai di tempat parkir, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Probolinggo.
2. Rafting di Songa Adventure
Perjalanan ke Probolinggo dari parkiran Paltidung kurang lebih 3 jam, salut sama suami temen saya yang bawa mobil tanpa diganti yang lainnya. Salut juga sama keihlasannya mengantar kami keliling Jember-Bondowoso-Probolinggo meski istrinya (teman saya) tidak ikut serta karena ada kerjaan kantor yang harus diselesaikan. Dan cuaca sangat mendukung perjalanan kami, meski terasa panas luar biasa namun akan lebih baik begini karena kami ke Probolinggo karena kepingin mencoba bermain rafting di Sungai Pekalen. Ini kali pertama saya bermain rafting, makanya saya ambil paket pemula saja dengan biaya : Rp. 209.000 (min. 5 orang).
Fasilitas yang kami peroleh berupa :
- Minuman selamat datang
- Peralatan standar (helm, dayung, pelampung, perahu karet)
- Air mineral bekal pengarungan
- Transportasi local (shuttle service)
- Guide
- Rescue team
- Snack dan beverage
- Makan siang
- Asuransi
- Rafting trip 10 km
Bismillah,,,walau agak sedikit takut, saya tetap akan mencobanya. Dari basecamp ke SUngai Pekalen lumayan jauh, kami ber5 naik mobil bak terbuka dan lengkap dengan kostum ber-rafting.
Sungai Pekalen terletak di desa Ranu Gedang, kecamatan Tiris, kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.Kali ini termasuk musim kemarau jadi airnya tidak terlalu besar, namun lumayan banyak jeramnya. Sebelum bermain,kami di brifing terlebih dahulu, ada beberapa aba2 yang harus di-ingat2 dan nanti diterapkan ketika ketemu tantangan di sungai yang akan kami lalui. Kadang mendayung kadang berhenti jika pas ketemu air yang deras, kadangpun kami harus duduk di dalam perahu karet, kadang harus pindah posisi ke kanan atau kekiri mengikuti irama situasi lapangan. Kalau tidak salah aba2nya terdiri dari : “Maju”, “Mundur”, “Stop”, “Kiri
Mundur”,“Kanan Mundur”, “Pindah
Kiri/Kanan/Belakang”,“Boom”. Aba2 Boom ini dilakukan apabila melewati jeram yang sangat
deras dengan dinding samping yang sangat sempit.
Paling mengerikan jika ketemu batu besar dan tetap harus kami lewati, entah sengaja atau tidak, perahu kami nyangkut di batu2 besar itu, dan kami panik karena harus nyebur ke air untuk menyelamatkan perahunya. Setelah perahu sudah posisi aman, kami naik kembali ke perahu dengan kondisi badan berat begini ???
Yaaa meski sangat panik namun resque team segera menjemput kami untuk memberikan pertolongan, dan tean2 yang bisa berenang malah disempatkan nyebur kembali ke air untuk berenang, saya tetap berada di atas perahu karena tidak berani terjun ke air meski pakai pelampung sekalipun.
Setelah puas bermain air, perjalanan dilanjutkan,karena didepan sudah ada tempat istirahat Kedung Adem namanya. Disana sudah disediakan snack berupa pisang rebus dan ubi rebus serta kelapa muda. Lega rasanya sesudah menikmati makanan tradisional ini.
Sesudah istirahat dan makan, perjalanan kami lanjutkan lagi, rasanya sudah tidak sabar untuk mencapai finish. Menuju finishpun masih dijumpai jeram2 yang lumayan ekstrim, namun ketegangan sudah tidak seperti yang pertama tadi.
Untuk kembali ke basecamp kami harus menyusuri jalan
setapak dan dinaikkan lagi ke mobil pickup. Sesampainya di basecamp kami segera membersihkan badan dan berganti pakaian. Sesudah
itu kami menikmati jamuan makan sore berupa nasi lengkap dengan lauk pauknya antara lain tempe, tahu dan
ikan penyet, urap dan lodeh.
Bagi yang mau mencoba ke Songa Adventure tidak usah khawatir, dari jalan raya Probolinggo ada papan petunjuk besar yang terletak di pinggir jalan.
Dari jalan raya ini menempuh jarak sekitar 15 km untuk sampai ke
basecamp.
Begitulah keseruan kami di Jawa Timur, masih semalam lagi kami harus nginap di Jember, karena baru esok paginya kami naik kereta menuju Surabaya untuk melanjutkan penerbangan ke Jakarta by Citilink. Sedangkan teman2 kami yang dari Jogya dan Purwokerto tetap melanjutkan naik kereta menuju rumah masing2.
3. Wisata Kuliner di Rawon Pak Pangat Wonokromo
Di kota Surabaya kami sempatkan singgah berkuliner ke Nasi Rawon Pak Pangat yang sangat terkenal itu. Alamatnya ada di Ruko Lotus Recency, Jalan Ketintang Baru Selatan 1 No.15, Kota Surabaya. Seporsi nasi rawon terdiri dari nasi
putih dengan kuahnya yang hitam, empal suwir, taoge dan taburan bawang
goreng diatasnya. Sedangkan untuk pilihan lauknya ada perkedel, telur
asin, tempe goreng dan juga kerupuk udang yang selalu disandingkan saat
menyantap nasi rawon. Nasi rawon disajikan dengan 3
varian berbeda yang bisa kita pilih, ada nasi rawon suwir, nasi rawon
krengsengan dan nasi rawon campur. Selain hidangan rawon, warung ini
juga menyediakan nasi krengsengan, nasi campur dan nasi kotak. Harganya
juga cukup terjangkau kurang lebih sekitar
Rp 8.000. Sedangkan minuman yang tersedia ada sinom dan minuman standar
warung pada umumnya.
Disamping wisata kuliner juga kami sempatkan untuk bersilaturahmi ke sahabat2 kami di Surabaya, indahnya jika kita banyak punya sahabat di-mana2.
Alhamdulillah, jelang jam 17,00 kami meninggalkan Surabaya menuju Jakarta, terima kasih atas kebersamannya ya kawans. Sampai jumpa di trip selanjutnya,,,,,!
Salam jalan2 yuukkk,,,,!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar