Senin, 18 April 2016

BALI selalu dirindukan,,(24 - 27 Maret 2016)

Ini kali yang kedua, jalan2 ke Bali bersama keluarga, kebetulan ada libur jumat sehingga kami rencanakan jauh2 hari mengingat kalau long wiken akan kesulitan tiket pesawat dan hotel. Kami menggunakan pesawat air asia dari bandara Soekarno Hatta Cengkareng Jakarta pukul 18.05 dan sampai bandara Ngurah Rai Denpasar kurang lebih 1.5 jam kemudian namun waktunya beda satu jam mengingat sudah beda wilayah dari WIB ke WITA. 

Suasana bandara udara Ngurah Rai basah, rupanya sore hari baru saja terjadi hujan lebat. Kami langsung menuju bilangan Seminyak Denpasar untuk menuju Fave Hotel yang sudah dibuking teman saya di sana. 

Malam itu kami tidur pulas,,,zzzzzzzz,,,berharap esok pagi akan mendapat kesegaran dan kesehatan supaya bisa menikmati Bali dengan maksimal. Sesuai rencana yang telah disusun bersama teman saya, pagi itu kami berencana explore daerah Klungkung dan Karangasem.

Hari pertama, 25 Maret 2016

1. Goa Lawah

Ini bukan goa biasa seperti yang sering kita jumpai di Pulau Jawa, melainkan sebuah pura sebagai tempat suci umat Hindu, namun di pura tersebut terdapat sebuah goa yang didalamnya bersarang ribuan kelelawar. Pura Goa Lawah dikenal sebagai salah satu dari enam pura penting di Bali. Lima diantaranya adalah pura Lempuyang, Uluwatu, Andakasa, Batukaru, dan Seleyukti.

Pura Goa Lawah termasuk wilayah desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Jaraknya sekitar 10 km ke arah timur kota Klungkung atau kurang lebih 50 km dari kota Denpasar.  
Pura ini dibangun pada abad ke-11, dan mengapa lokasinya ada di pinggir laut karena digunakan untuk ibadah /tempat memuja Tuhan sebagai Dewa Laut.

 

Ketika kami kesini sedang berlangsung upacara Melasti, yang merupakan upacara pensucian diri untuk menyambut hari raya Nyepi. Upacara Melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan, dilaksanakan di pinggir pantai dengan tujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut. Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai air kehidupan (tirta amerta). Selain melakukan persembahyangan, upacara Melasti juga adalah pembersihan dan penyucian benda sakral milik Pura. Benda-benda tersebut diarak dan diusung mengelilingi desa dengan tujuan untuk menyucikan desa. 

 

Seluruh peserta mengenakan baju putih, para pemangku berkeliling dan memercikan air suci kepada seluruh warga yang datang serta perangkat-perangkat peribadatan dan menebarkan asap dupa sebagai wujud pensucian. Pelaksaaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajian sebagai simbol Trimurti.

Kami sebagai wisatawan sangat terkesan dengan upacara ini, sehingga kami tahu tata cara upacara adat daerah Bali. Tapi satu keinginan kami masih tertunda, yaitu melihat ribuan kelelawar yang bergelantungan di mulut gua. Ya sutralah,,,,barangkali memang harus ke sini lagi di lain waktu. Harga tiket masuk ke lokasi Rp. 10.000,- sudah termasuk sewa sarung. 




2. Rumah Bambu

Rada aneh ya dengarnya ? Rumah Bambu ini berada di Banjar Pengalon, Desa Antiga, Karangasem. Kami lihat foto2 rumah bambu di internet cantik dan unik, pokoknya bagus deh, makanya bikin penasaran, untung sopirnya orang Bali jadi begitu saya sebutkan nama kampung Antiga dia langsung tahu. Walaupun untuk menuju tempat ini agak sulit, karena kami sempat nyasar dan ketemu jalan buntu, akhirnya ketemu juga atas bantuan warga asli yang kebetulan lewat, dan kami diantar langsung ke lokasi. 


Menurut warga tersebut, rumah bambu ini sudah banyak yang roboh karena sudah tidak diteruskan pembangunannya, tapi katanya masih ada saja pengunjung yang datang walau hanya untuk berfoto-foto saja. 

 
Memang kondisinya sudah memprihatinkan, banyak rumput disana sini, tapi jika objek ini hanya untuk dijadikan koleksi foto2 masih lumayan bagus kok.
 
Berdasarkan informasi teman2, tempat ini dulu rencananya akan dijadikan tempat diadakannya festival musik Bali Unite. Sebelum bangunan ini selesai sudah banyak yang datang untuk rekreasi, karena disekitar ini sudah dibangun ruangan untuk cafe dan sudah ada beberapa yang buka, sehingga orang yang datang bisa sambil menikmati jajanan yang ada di cafe tersebut. 

Memang seandainya jadi, tempat ini akan bagus sekali karena lokasinya persis berhadapan dengan laut, sehingga sambil duduk2 di cafe bisa memandangi laut yang membiru atau sambil duduk2 di jembatan bambu di tepi laut itu.

Yaahhhhh,,,,berhubung sudah sampai sini, kami puas2kan foto saja,,,,yuhuuuyyyyyy



Sebenernya saya tidak merekomendasikan kalian untuk kesini, tapi kalau penasaran mau kesini juga silahkan, tempat ini berada sebelum lampu merah pelabuhan Padangbay (jika dari arah Denpasar), di sebelah timur Kantor Desa terdapat gang kecil, masuk saja ke selatan. Atau jika sudah melewati SPBU Yeh Malet (perbatasan kelungkung-karangasem), tanya saja lokasinya ke penjual ikan laut yang banyak berada di pinggir jalan. Selamat berpetualang yaaaaa,,,,,,

3. Tukad Unda

Tukad Unda merupakan bendungan sungai berundak, sehingga dari jauh nampak seperti air terjun. Sebenernya tidak terlalu istimewa disini, hanya oleh orang2 Bali sering digunakan untuk foto pre wedding menjadikan tempat ini menjadi terkenal. Lokasinya terletak di desa Lebah Banjar Kecamatan / Kabupaten Klungkung kurang lebih 62 km dari Denpasar ke arah timur. Tidak sulit untuk menemukan Tukad Unda ini karena lokasinya yang sangat strategis dan terletak di jalan utama kota Klungkung. 



Airnya sangat deras sehingga apabila difoto dari dekat akan terlihat seperti tirai raksasa. Rupanya inilah keunggulannya Tukad Unda, sehingga para fotografer ulung memanfaatkan lokasi ini untuk dijual dalam kemasan foto pre wedding dengan disertai pemandangan alam berupa anak2 kampung yang sedang mandi di bendungan ini.

Nah kemarin pas saya datang tidak ada persiapan properti yang matang, jadi foto yang di dapat juga benar2 alam asli, namun keindahannya tidak mengecewakan, setidaknya kami puas karena bisa melacak tempat wisata yang lagi populer ini. Untuk menuju tempa ini gratis, dan kita hanya bisa memandang air dari jauh dan berfoto-foto, jika mau ke hulu sungai ini tersedia wahana rafting, tapi kami tidak kesana karena tidak siap baju ganti.

 


4. Desa Wisata Panglipuran Bangli

Semua orang lebih familier dengan Bali sebagai Pulau Dewata yang penuh dengan keglamouran turis2 Barat yang memenuhi pantai dan cafe2nya, hingga mereka nampak diistimewakan di Bali. Dampaknya turis lokal kena imbas berupa harga2 souvenir maupun resto2 yang mahal dengan standard Barat. 

Namun ternyata ada sisi lain dari Bali, budaya dan adatnya masih bisa dipertahankan dan diabadikan dalam bentuk desa wisata. Di Desa Penglipuran, Kubu Kab Bangli  inilah kita bisa menikmati Bali dimasa lalu.HTM Rp. 10.000,- dan parkir kendaraan Rp. 5.000,-. Kendaraan di parkir di pintu masuk desa, dan ke dalam kita hanya boleh berjalan kaki saja. Namun area desa Penglipuran ini tidak terlalu luas, jadi kita tidak akan kecapaian. Paling2 hanya kepanasan karena suhu udara ketika itu tinggi sekali, sinar mentari sangat menyengat kulit.



 

Luas desa Penglipuran sekitar 112 hektar yang terdiri dari 76 kavling. Kurang lebih 40%nya dimanfaatkan sebagai lahan bambu. Di sekitar pintu gerbang masuk desa terdapat area yang disebut catus pata terdiri dari balai desa, fasilitas masyarakat, dan ruang terbuka hijau berupa taman nan asri.

 
 

Rumah2 yang ada seragam, yang membedakan adalah dindingnya, ada yang terbuat dari kayu dan semen, mungkin hal itu yang membedakan status sosial mereka. Walaupun begitu, nuansa kebersamaan sangat kental disini, mereka sangat ramah kepada pengunjung, dengan tidak sungkan2 mereka memperlihatkan ruangan dalam rumah mereka yang masih nampak sangat sederhana.





Ketika kami datang, ada salah satu warga yang tengah mengadakan hajatan, depan rumah merekapun ditandai dengan adanya janur kuning, sama seperti kampung2 yang ada di Pulau Jawa. Tamu yang hadir juga silih berganti, nampak ramai sekali, sayangnya kami tidak bisa masuk ke dalam sehingga tidak tahu ada apa yang terjadi di dalam. (Kebayang kalau di kota besar, kalau tidak ada undangan kan gak bisa masuk rumah yang sedang hajatan ya ?).

 
Lihatlah pintu masuk rumahnya, sangat sempit kan ? Pintu masuk ini namanya angkul-angkul yang hanya cukup untuk dilewati satu orang dewasa.  Dan hampir di setiap sudut rumah terdapat pura untuk beribadah.

Saking uniknya inilah maka pernah ada syuting salah satu FTV di Indonesia di desa ini, sejak saat itu jumlah turis makin meningkat, bukan hanya turus asing tapi juga lokal. Akan lebih indah dan unik jika berkunjung ke desa ini menjelang Hari Raya Galungan yang diperingati setiap enam bulan sekali. Di hari raya ini, desa makin cantik berkat kehadiran penjor di tiap-tiap rumah. Juga sejumlah gadis dengan pakaian adat yang membawa sesaji menuju pura yang diletakkan di atas kepalanya menjadikan Bali lain dari yang lainnya


Beberapa yang khas di Desa Penglipuran :
  • Hampir setiap rumah warga desa jualan souvenir khas Bali, jadi jangan lupa beli ya, hitung2 buat bantu2 pendapatan mereka. 
  • Mereka sangat menghormati alam, sehingga desa tetap nampak asri
  • Memiliki budaya dan tradisi menghormati wanita,sehingga pria dilarang poligami, jika ketahuan melakukan poligami maka akan mendapatkan hukuman dikucilkan dari desa.
  • Pencurian dilarang keras, bagi yang ketahuan mencuri akan dihukum untuk memberikan sesajen lima ekor ayam dengan warna bulu ayam yang berbeda di 4 pura leluhur mereka. Dengan cara ini, semua penduduk desa akan mengetahui siapa yang mencuri, tentunya akan membuat efek jera.
  • Terdapat setra atau kuburan. Walaupun penduduk desa Penglipuran Bali memeluk agama Hindu tapi penduduk desa Penglipuran Bali tidak mengenal upacara pembakaran mayat, jadi mayat langsung dikubur.
  • Minuman khas desa Penglipuran adalah loloh cemceman, minuman ini memiliki rasa seperti air tape dan memiliki warna hijau karena bahan dasarnya perasan dari daun cemceman.


Jika penasaran dengan Desa Penglipuran, lokasinya searah dengan Kintamani atau Gunung Batur. kurang lebih 5 Km dari pusat kota Bangli, 45 Km dari pusat kota Denpasar dan tempatnya ada di ketinggian 700 m dpl (di atas permukaan laut)

5. Goa Gajah

Goa Gajah terletak di sebelah barat Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar,kurang lebih sekitar 26 km dari kota Denpasar. Lokasi pura ada di bawah /di tepi jurang karena dulunya di awal penemuan ada di dalam tanah sehingga untuk mengangkat prasasti2 yang ada harus dilakukan penggalian. 

Goa Gajah jika dibahasakan dengan bahasa Bali berasal dari kata  “Lwa Gajah”, yang berarti wihara tempat pemujaan para Bhiksu umat beragama Budha. Kata “Lwa“ berarti sungai karena tempat pertapaan ini terletak di tepi sungai.


 
Area parkir disini sangat luas, dari tempat parkir menuju Goa Gajah, kita harus menuruni tangga yang lumayan curam sehingga bersiap-siap saja nanti pulangnya akan menguras banyak tenaga. Tempatnya yang rindang, menyebabkan suasananya sangat sejuk dan asri.

Pepohonan yang ada di area Pura sudah berusia ratusan tahun. Komplek Goa Gajah akan terlihat jelas semuanya ketika kita sedang menuruni tangga. Begitu sampai di pelataran pura, kita disuguhkan dengan tumpukan batu2 prasasti yang masih belum sempurna dan belum membentuk ujud yang nyata. Namun sesuai dengan namanya, maka yang paling banyak terdapat disini adalah patung Gajah / Ganesha.

Berjalan sedikit ke arah kanan akan terdengar gemericik suara air yang mengalir dari pancuran arca. Sedangkan Goa Gajahnya sendiri, terletal disebelah kiri tidak jauh dari pancuran arca tersebut. Goa Gajah adalah goa buatan, yang merupakan pahatan dari batu besar dan diukir menyerupai gajah. Pintu masuk melalui mulut goa hanya cukup untuk 1 orang.

Begitu memasuki goa, ruang dalam goa berbentuk huruf T, suasana gelap namun di setiap ceruk goa yang digunakan untuk menaruh sesaji diberi lampu sehingga terlihat terang. Tinggi goa kurang lebih sekitar 2 meter dan lebar 2 meter.

Di depan Goa ini terdapat 7 buah patung bersejarah, 6 dari 7 patung ini memancurkan air ke dalam sebuah kolam. Kita bisa menuruni anak tangga ke bawah, namun harus hati2 karena terlihat sudah berlumut sehingga dimungkinkan akan licin, jika sampai tergelincir maka kita bisa kecebur ke dalam kolam yang dalam. 

 
Ke tujuh patung ini disebut sebagai jelmaan widayadari dan widyadara. Posisi ketujuh patung ini terletak sangat simetris, dimana 3 buah patung widyadari terletak di sisi kanan dan kiri patung widyadara. Atau bisa dibilang patung widyadara terletak di tengah-tengah diantara patung widyadari. Terlihat ada turis yang melakukan sembahyangan disini menghadap ke patung2 tersebut.




Di sekitar Goa Gajah banyak terdapat toko2 souvenir dan oleh2 khas Bali, bagi yang suka berbelanja akan puas keliling di lokasi ini karena barang2nya termasuk lebih murah dibanding tempat lain. Tapi harus pandai2 menawar karena mereka kebanyakan buka harganya terlampau tinggi. HTM ke Goa Gajah Rp. 15.000,-

6. Makan malam di Ayam Taliwang Jl Teuku Umar





Katanya resto ini terkenal sejak Pak Beye dan keluarga singgah makan disini, dan setelah saya masuk ke restonya ternyata banyak foto2 beliau yang dipajang. (di-mana2 foto pejabat menjadi iklan tersendiri bagi resto tsb ya ?). Tapi memang juga karena letaknya di pinggir jalan sehingga alamatnya mudah dicari. Namun area parkir jadi sempit, dan hanya bisa parkir secara paralel di tepian jalan.

Menu ayam taliwang standard, biasanya ayamnya tersedia bumbu bakar atau goreng, sedang asesoriesnya pastinya ada plecing kangkung dan sambal beberuk.(harga per porsinya saya tidak begitu perhatikan, karena ditraktir nih sama kawan saya di Denpasar, alhamdulillah, rejeki anak shalehah).

Hari Kedua, 26 Maret 2016.

1. Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur

Hari kedua masih explore daerah Karangasem di Bali Timur, berhubung hari ini spotnya lumayan jauh, mari kita sarapan yang banyak supaya stamina lebih baik. Pagi ini mejeng dengan kaos Jalan2.com,,,,,lebih mantap tentunya

Tujuan kami yang pertama kepengin uji nyali, nanjak menuju Pura Lempuyang Luhur yang lokasinya ada di kaki Gunung Agung. Pura ini merupakan  tempat suci bagi umat Hindu di Bali yang berlokasi di Bali bagian Timur tepatnya di Kabupaten Karangasem. Disamping sebagai tempat suci, Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur memiliki keunikan tersendiri dengan kemurnian alamnya, terutama kawasan hutan yang menjadi paru-paru Pulau Dewata.

 
Di lokasi ini ada 8 pura yang tempatnya saling berjauhan, dan kalau sampai puncak diperkirakan jaraknya kurang lebih 7,5 km. Masing2 pura ada namanya sendiri2, dan untuk menuju pura paling atas kita disarankan pakai guide lokal, sebab di atas nanti akan ketemu monyet2 yang jumlahnya lumayan banyak dan masih tergolong liar, sering menjambret barang2 yang dibawa pengunjung. 

Tarif guide Rp. 200.000 sampai Pura paling atas, Rp 150.000 sampai di pertengahan dan Rp. 100.000 sampai di Pura Kedua yaitu Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur ini.
Tarif masuk ke pura sukarela, yang wajib adalah sewa sarung Rp. 10.000,- per orang.


Begitu kami dibagi sarung sebagai persyaratan masuk Pura, kami langsung diantar guide lokal menuju pura dengan menaiki tangga2. Tak berapa lama sampailah pada Pura Pertama yaitu Pura Penataran Agung, sampai sini masih belum berasa capainya karena belum tinggi. Untuk menuju Pura Kedua kita harus berjalan lagi di lahan datar melewati rerumputan dan menaiki tangga yang lumayan tinggi.

  
Jika yang takut capai, untuk menuju kesini bisa menggunakan ojek. Tetapi kebanyakan umat maupun wisatawan yang melakukan perjalanan wisata relegi ke Pura ini lebih memilih berjalan kaki untuk mencapai kaki tangga. Dengan berjalan kaki dari awal hingga puncak, ritualnya terasa lebih sempurna. Sekaligus juga bisa menikmati pemandangan lebih seksama.


 

Jika sudah sampai Pura Kedua, hamparan Gunung Agung makin jelas terlihat, kebayang kan tingginya seberapa ? Di Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur halamannya sangat luas, karena sering dipakai untuk upacara2 besar Galungan. 

Tidak ada catatan resmi ataupun bukti ilmiah tentang kapan pura Lempuyang ini didirikan namun bisa dipastikan Pura Lempuyang merupakan salah satu pura tertua di Bali. Dari beberapa kalangan bisa menyimpulkan bahwa pura ini kemungkinan besar dibangun pada abad ke 9/10 M oleh Maha Rsi Markandeya yang sekaligus juga sebagai perintis masuknya agama Hindu, yang dianggap juga sebagai tonggak awal masa sejarah di Bali.



Berhubung sudah siang, kami putuskan hanya sampai disini explore Pura Lempuyang, menurut guide Pura ini yang paling besar di banding pura2 lainnya yang masih di atas, dan rupanya icon Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur juga ini yang ditampilkan, jadi kami sudah puas walau hanya bisa nanjak sampai tingkat dua. Jika tidak ada tujuan ke tempat lain, bisa saja kami seharian disini, nah untuk kawan2 yang mau sampai puncak, disarankan berangkat lebih pagi supaya tidak kemalaman pulangnya.


Sekedar petunjuk jalan, Pura Lempuyang berlokasi di Ds. Tista, Kecamatan Abang, Karangasem. Dari kota Denpasar, lokasi pura ini dapat dicapai melalui kawasan wisata Candi Dasa melewati kota Amlapura (ibukota Kabupaten Karangasem) dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan mobil. Alternatif jalur lainnya adalah melalui Kecamatan Selat Karangasem, melalui kota Semarapura dengan mengambil arah jalan ke Besakih.


2. Tirta Gangga

Tirta Gangga adalah bekas istana kerajaan yang terletak di bagian timur Pulau Bali sekitar 5 kilometer dari Karangasem,  dekat Gunung Agung sehingga searah dengan Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur. Taman ini terkenal karena istana airnya, yang dimiliki oleh Kerajaan Karangasem.

Sesudah bayar tiket masuk Rp. 20.000,- per orang, kami mulai memasuki taman ini, sejauh mata memandang yang terlihat air, sungguh elok nian. Pohon2 yang mengelilingi taman menambah hijau suasana, segar dimata dan bikin nyaman yang memandangnya. 



 

Sisi sebelah kiri taman terdapat kolam besar yang berisi ber-macam2 ikan. Pelan2 kita telusuri jalanan hingga kearah memutar dan ada kolam renangnya juga, banyak pengunjung mancanegara yang mandi2 di kolam itu.



Tirta Gangga berarti air dari Sungai Gangga yang merupakan penghormatan kepada masyarakat Hindu Bali. Dibangun pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem Agung. Istana Air Tirta Gangga berupa labirin kolam dan air mancur yang dikelilingi oleh taman yang rimbun serta patung-patung. Saking suburnya daerah di sekitar Tirta Gangga maka banyak terdapat persawahan dengan sistem terasiring.

Dibagian kanan terdapat kolam air juga dan jalan2 setapak di atas air sehingga kita bisa bermain dan berjalan memutari kolam tersebut. 
Untuk menuju ke Tirta Gangga jika dari Pantai Kuta kurang lebih 2 jam, sedangkan dari Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam. Sepanjang jalan menuju Tirta Gangga kita disuguhi pemandangan pantai2 nan cantik

Mata air di taman Tirtagangga oleh masyarakat lokal dianggap sebagai air suci. Digunakan dalam upacara keagamaaan di daerah sekitar taman Tirtagangga. Luas area dari taman Tirtagangga 1,2 hektar, yang memanjang dan membentang dari arah timur ke barat. 


Sesudah puas foto2 kamipun melanjutkan perjalanan, menuju ke arah Gianyar.

 3. Air Terjun Tegenungan


Ternyata di Bali banyak terdapat air terjun yang bagus2 dan eksotik, namun kali ini kami ambil yang searah pulang menuju Denpasar, sehingga air Terjun Tegenungan menjadi sasarannya. Air Terjun Tegenungan lokasinya cukup dekat dari pusat kota Denpasar, yakni di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Aksesnya sangat mudah, kendaraan roda empat maupun roda dua bisa langsung menuju TKP,dan dari area parkir kita hanya berjalan kurang lebih 500 meter, tapi jalannya menurun curam melalui tangga2 semen yang jumlahnya 144 anak tangga.


Untuk yang tidak kuat menuju ke bawah dan menyaksikan air terjun secara langsung, bisa menikmatinya dari atas, sambil duduk2 di cafe. Memandang dari jauh, namun suara gemuruh air terjun sangat jelas terdengar dari atas. 

Memang terlihat pendek air terjunnya, yaitu kurang lebih 15 meter, namun kelebihannya adalah air terjun ini bisa buat bermain jump (karena tidak terlalu tinggi itulah). Banyak wisatawan mancanegara yang melakukan permainan jump, tapi yang mau melompat harus didampingi guide setempat. Kalau saya tidak berani lah.....

 

Sungainya sarat dengan sungai bebatuan alami, jadi harus hati2 menyusurinya jangan sampai terpeleset. Dan memang airnya sangat deras, berbahaya bagi anak2 yang bermain di sungai ini.

 

Untuk yang kepingin kesini, HTM Rp. 10.000,-, parkir mobil Rp. 5.000,-. Patokan menuju lokasi ini, bila datang dari arah Sukawati atau Batuan, setelah bertemu Patung Bayi Sakah, ambil arah kanan (arah ke pusat Kota Gianyar) lalu ikuti tanda jalan yang menunjukkan arah air terjun tersebut. Kurang lebih 1,5 kilometer dengan melewati area persawahan yang masih cukup asri, kemudian di kiri jalan akan tampak sebuah gapura menuju lokasi air terjun tersebut.

 4. Dinner di Jimbaran Beach

Jimbaran terletak di Kecamatan Kuta Selatan, jadi masih di pusat kota, dekat dengan Bandara Ngurah Rai, bahkan sangat dekat, barangkali inilah satu alasan mengapa Jimbaran Beach menjadi sangat eksotik. Karena dikala kita sedang makan malam di pantai ini, kita bisa melihat sisa2 sunset  juga pesawat udara yang sedang take off maupun landing.


 

Desa adat Jimbaran pada mulanya merupakan kampung nelayan serta petani. Semenjak di wilayah pantai Jimbaran muncul banyak tempat makan hasil laut (seafood) yang pertama di Bali selatan serta beberapa hotel bertaraf internasional, kini mata pencaharian penduduk lokal lebih ke arah pariwisata.

  
Yang khas dari Pantai Jimbaran, tukang ngamennya tiada henti,,,tapi kita bisa request lagu2 kesukaan kita kok. Sekali-kali berlagak seperti orang kayalah, ya iyalaahhhh,,,wong makan disini kan mahal sekali bro, per orang dengan menu sederhana kena Rp. 225.000,-. Tapi memang sudah kami niatkan sebelumnya, kepengin ajak anak2 makan disini,,,,
 



5. Krisna, Pusat Oleh2 Khas Bali

Kenapa milih di Krisna kalau nyari oleh2 Bali ? Karena bukanya 24 jam, jd bisa lebih santai ketika lagi milih2 barang. Maklum, di Krisna ini hampir semua barang ada, jadi pasti dibuat bingung, kecuali kalau kesini sudah di list dulu apa2 yang mau dibeli. Alamatnya ada di Jl Raya Tuban, sangat dekat dengan bandara, kurang lebih 5 menit kalau tidak sedang macet. 

Contoh barang2 yang dijual di Krisna antara lain udeng, topi khas Bali, baju, tas, cemilan khas Bali, topi, kain Bali, hingga lukisan juga ada di sini. Jenis2 makanannya meliputi  kacang, pie susu, macam-macam keripik, ceker garing dan bermacam kue kering. Di bagian belakang, kebanyakan kaos2dan sebangsa

 

Kalau kesini biasanya gak bisa belanja sedikit, karena barang2 lainnya pada teriak2 minta dibeli juga. Kami kesini hanya nyari makanan khas kota Bali, diantaranya pie susu, kacang Bali, kacang koro, bakpia. Selebihnya beli titipan teman, seperti kain bali, ikat kepala, sabun2 aromatik dll nya. Kira2 cukup satu dus pulaaaang,,,,

Hari ketiga, 27 Maret 2016

1. Tanah Lot

Baru 2 (dua) hari di Bali sudah pada sakit, jadinya tujuan yang sudah ditetapkan untuk hari ke 3 (tiga) berubah total. Yang tadinya kepengin rafting di Ubud diubah menjadi jalan2 cantik saja, kasihan yang lagi sakit. Penyebab sakit sangat sepele, dikarenakan cuaca Bali yang sangat panas maka godaan untuk minum air dingin sangat kuat, dan memang tidak bisa dihindari, hampir tiap hari minum es dikala udara sedang terik. Akibatnya pada terkena flu dan batuk. Okelah, kita jalan2 ke pantai saja yaaaa....

Kami awali dengan mengunjungi Tanah Lot, disitu ada pura di tengah laut dan di tebing, pasti sudah tidak asing lagi kan ? Anak2 sudah pernah kesini sebetulnya, tapi ketika mereka masih kecil, jadi kami cuma foto2 saja. Puranya masih sama, cuma kalau pagi hari air laut pasang jadi kami dilarang untuk nyebrang menuju pura. Gak papa, yang penting happy,,,

Sebenernya pantai Kuta lebih cocok didatangi sore hari jelang sunset, karena di pantai inilah spot yang paling bagus ketika sunset, tp kembali kepada permasalahan,,,ora popo, ini cuma buat pengisi waktu saja kok..



 

Pura Tanah Lot berlokasi di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, kurang lebih 25 kilometer dari Denpasar. Tempat ibadah ini adalah sebuah pura Hindu yang dibangun untuk memuja Tuhan dalam manifestasi-NYA sebagai Dewa Laut atau Dewa Baruna untuk keselamatan dan kesejahteraan dunia serta keseimbangan antara laut dan bumi.



Di bawahnya terdapat goa kecil yang didalamnya ada beberapa ular laut, yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, berwarna hitam berbelang kuning. Tapi dulu waktu saya kesini juga tidak bisa melihat dengan jelas ularnya, karena tempatnya sangat gelap. HTM ke Pantai Tanah Lot Rp. 10.000,-


2.  DMZ (Dream Museum Zone)

Sebuah gallery trik lukisan yang dikenal dengan nama Museum 3D DMZ (Dream Museum Zone) Bali resmi dibuka pada tanggal 12 April 2014 di jalan Nakula 33x Legian.Ini merupakan tempat wisata indoor jadi cocok buat yang lagi kurang sehat, maklum cuaca diluar saat itu lagi panas2nya, begitu masuk ruangan ini langsung udara AC terasa nyaman di badan. 

 
Lokasinya ada di dalam kota sehingga sangat mudah dijangkau dan berdekatan dengan tempat-tempat populer pariwisata Bali seperti Kuta, Legian dan Seminyak. Lukisan yang ditampilkan luar biasa bagusnya, cocok pula bagi fotografer untuk berburu gambar-gambar spektakuler. Di setiap lukisan, dikasih petunjuk dimana letak yang tepat untuk mengambil gambar sehingga nantinya foto yang dihasilkan akan nampak natural. Tempatnya menyenangkan, dan staffnya ramah2 bahkan mau juga dimintai tolong untuk motoin kita.

 


Lukisan2 ini hasil karya dari maestro negara Korea, buka setiap harinya dari jam 09.00 pagi dan tutup 10.00 malam, dipajang di gedung berlantai dua, jumlah lukisan kurang lebih 80 buah, jadi kita bisa lama2 disini.



HTM kesini Rp 100.000,- per orang untuk WNI dan Rp 150.000,- per orang untuk WNA, lumayan mahal siy tapi cukup memuaskan.

 

3. Pantai Kuta

Siapa yang tak kenal Pantai Kuta ??? Pantai yang sangat legendaris dan eksotik, merupakan pantai yang paling cocok untuk berburu sunset juga. Lokasinya ada di Kecamatan Kuta, sangat dekat dengan bandara Ngurah Rai. Kemashuran Pantai Kuta sejak awal tahun 1970-an, paling banyak disini turis mancanegara. pas kami kesini, hari masih siang bolong, kami menggelar tikar di bawah pohion yang rindang, anak2 berkeliling ke toko2 souvenir yang ada di sebelah timur pantai. 


Turis mancanegara yang datang kesini paling suka menikmati olah raga selancar (surfing). Siap2 saja jadi sasaran ibu2 tukang urut disini, mereka sangat agresif menawarkan jasanya, bahkan sebelum kita oke saja mereka sudah langsung pegang tangan atau kaki kita untuk diurutnya. Dan dibandingkan dengan di Jawa, upah pijitan mereka tergolong mahal. Jadi mending ditolak saja kalau kira2 tidak sedia uang tunai di dompet kita.

Jika malam sudah menjelang, kita bisa singgah di icon Bali yang lain yaitu di Hard Rock Cafe, buruan anak2 muda, walau hanya sekedar foto selfie saja tapi mereka puas, eh ibu2nyapun gak mau ketinggalan ambil moment ini. Cheeerrrrrr,,,,!!! Pantai ini gratis gaeesss,,,,hanya bayar untuk parkir mobil saja. 



Sehabis dari sini, kami langsung diantar ke Bandara Ngurah Rai untuk siap2 menuju Jakarta, bismillah,,,,dengan pesawat Air Asia kami akhiri jalan2 ini. 

Sampai jumpa di jalan2 berikutnya,,
Salam jalan2 yuukkk...!!!










2 komentar:

  1. Pengen banget jalan-jalan ke sana kak, berapaan yah Budget yang harus disiapin kak

    BalasHapus
  2. berangkatnya dari mana dek ? Biaya kan meliputi tiket pesawat, hotel, sewa mobil, tiket wisata, makan pribadi ? kalau saya dr Jakarta.

    BalasHapus