Kamis, 09 Juni 2016

Pemandian Air Panas Pancuran 7 Baturaden Purwokerto Jawa Tengah

Met siang gaessss,,,,!!

Tentu sudah banyak yang tahu tentang Wisata Baturaden di Purwokerto ya ? Wisata gunung jadi pasti ada nanjaknya, itu kalau mau naik sampai Pancuran 7. Nah kebayang gak siy kayak apa capainya ? Sejak dulu saya belum berhasil nanjak sampai Pancuran 7, paling hanya sampai Pancuran 4 saja. itupun ketika masih kuliah di Purwokerto, jadi sama teman2 ramai2 menuju Baturaden untuk belajar sambil menikmati air terjun. Nah gimana mau sampai Pancuran 7 kalau hanya untuk sekedar refreshing ? Paling2 pada menyerah jika disuruh melanjutkan perjalanan ke atas lagi.

Dan keinginan untuk ke Pancuran 7 terulang kembali ketika ada acara Dies Natalis di kampus, kami mengadakan acara jalan santai di sekitar Kalipagu start dari Curug Bayan, finish rencananya Pancuran 7 via jalan hutan, tapi saya gagal lagi tidak mencapai finish. Akhirnya, pas mudik bulan Mei kemarin saya sempatkan ke Pancuran 7 via jalan yang bisa dilalui mobil. Menyerah ini ceritanya,,,,ternyata belum mampu melakukan trecking melalui alam/hutan. Ya sutralah,,,,kami akhirnya ber14 sewa mobil elf untuk menuju Pancuran 7 via Wanawisata Baturaden, atau sekarang ada Kebun Raya Baturaden.

Pintu masuk  Pancuran 7 Baturaden Purwokerto
Pancuran 7 Baturaden Purwokerto
Kalau orang Purwokerto bilangnya Pancuran Pitu (berasal dari bahasa Jawa), pancuran berarti air terjun (water fall) dan pitu berarti tujuh. Tapi bukan seperti air terjun yang biasa kita lihat, di  Pancuran 7  hanya ada aliran air panas berjumlah 7 yang tingginya sekitar 1 meter. Ke 7 aliran air panas ini berwarna orange dan terbentuk secara alami berupa lengkungan2 seperti yang terlihat pada gambar di atas. Sangat artistik ya ? Dan batu2 di aliran air tersebut tidak licin, jadi kita masih bisa naik ke batu tersebut tapi airnya sangat panas jadi harus hati2.

Anak tangga menuju Pancuran 7 Baturaden Purwokerto
HTM Wisata Pancuran 7 ini ada yang terusan ada pula yang satuan, nanti akan ditanya ketika mulai masuk di pintu gerbangnya. Kalau tiket terusan seharga Rp. 20.000,- nanti kita bisa menikmati sekalian wisata2 yang ada di sekitarnya mulai dari Kebun Raya Baturaden, Wanawisata Baturaden,  Pancuran 7, Goa Selirang, Goa Sarabadak, Telaga Sunyi, Rumah Pohon, Area bermain anak, Taman Liana, Medicinal Garden yang semuanya ada di area yang berdekatan. Tujuan kami kali ini yang utama ke Pancuran 7, jadi walaupun sudah melewati Kebun Raya Baturaden kami tidak berhenti, takut waktunya gak keburu. 

Dan sepanjang perjalanan ternyata jalannya berkelok-kelok dan sempit, ada beberapa air terjun kecil yang ditemui di tepi jalan, bisa dibilang Baturaden ini adalah Kota dengan 1000 air terjun.  


Banyak sekali pohon damar dan pinus di sepanjang jalan, tidak heran karena disinilah yang disebut Wanawisatanya. Di tengah2 wanawisata terdapat villa Perhutani yang bisa disewa untuk acara2 reuni atau pertemuan2 lainnya. Memang lokasinya cukup didalam tetapi sangat aman. 

 


Entah berapa anak tangga yang sudah kami lalui, namun tak kunjung sampai2, sesekali kalau kita nengok kearah selatan terlihat Kota Purwokerto terhampar luasnya, tentu jika malam hari akan nampak lebih indah karena banyak lampu yang terlihat kerlap kerlip. Namun di Pancuran 7 pengunjung hanya diperbolehkan masuk sampai jam 18.00 saja, akan berbahaya jika malam hari di hutan.
Pancuran 7 Baturaden Purwokerto
 

Nah,,,sudah sampai kita, ternyata air pancuran memang sangat panas karena katanya mencapai 70 derajat Celcius. Jika air panas ini dikeringkan akan menghasilkan endapan berupa serbuk belerang yang bermanfaat untuk pengobatan sakit tulang/rematik dan berbagai macam penyakit kulit seperti panu, kadas, dan lain-lain. Selain itu bisa juga untuk lulur dan masker untuk mengobati jerawat. Di sekitar Pancuran 7 banyak orang yang menawarkan jasa pijat kaki/refleksi, barangkali kecapaian setelah melalui ber-ratus2 anak tangga maka akan nikmat sekali jika langsung pijat dengan menggunakan serbuk belerang tersebut. Jika pijat kakinya saja dikenai taif 10.000 dan pijat seluruh badan dikenai tarif 50.000.

Namun kalau mau mandi air belerang dengan puas bisa dilakukan di Goa Selirang yang ada di bawah Pancuran 7. Kita bisa menelusuri jalan setapak yang sudah dibuat undakan2 namun tidak semuanya dari batu, ada yang masih dari tanah sehingga dipastikan sangat licin, maka perlu kehati-hatian dalam menuruni undak2an ini. 

  

 



Batu2an yang ada di Goa Selirang juga nampak kuning pertanda kandungan belerangnya masih tinggi, air yang mengalir berasal dari Pancuran 7 dan masih panas juga. Kita bisa mandi dibawah pancuran air panas yang akan terasa segar di badan seperti dipijit. Dibalik aliran air tersebut terdapat goa-goa kecil yang disebut Goa Selirang.

Goa Selirang Pancuran 7 Baturaden Purwokerto
Goa Selirang Pancuran 7 Baturaden Purwokerto
 

Yah begitulah,,,sudah terbayar rasa keinginan untuk bisa sampai ke Pancuran 7. Memang luar biasa sekali alam di sekitar Gunung Slamet ini. Sepertinya gak puas hanya berkunjung sekali kesini, suatu saat akan diulangi lagi dengan memaksimalkan waktu agar bisa menikmati pijat refleksi dan juga mandi air belerang.

Untuk yang mau kesini menggunakan kendaraan sendiri, dari pertigaan terminal bawah Baturaden belok kanan menuju Pintu Gerbang Bumi Perkemahan atau Gerbang Wana Wisata, lalu masuk ikuti terus jalan yang sudah beraspal hingga ada petunjuk jalan untuk menuju Pancuran 7. 

Selamat menikmati wisata alam Indonesia yang elok ini,,,,
Salam Jalan2 Yuuuk,,,,!!




















Jumat, 03 Juni 2016

Curug Cipendok Cilongok Kab Banyumas (7 Mei 2016)

Penasaran sama Curug Cipendok yang mempunyai ketinggian 92 meter, sehingga ketika mudik saya sempatkan kesini. Dan dengan sebuah kesengajaan, saya ajak teman2 untuk ikut mudik ramai2, walau bagi mereka ini bukan mudik melainkan jalan2. Dan selagi banyak teman maka Curug Cipendok jadi pilihan kami, mengingat sejak dibuka pada tahun 1987an saya yang orang asli Banyumas belum sekalipun ke objek wisata ini.

Curug Cipendok terletak di desa Karang Tengah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, masih berada di lereng gunung Slamet, gunung api terbesar di Jawa Tengah.  Untuk menuju kesini sangat mudah, karena jalan menuju curug ada di jalan utama Purwokerto - Ajibarang. Kalau dari Banyumas, terlebih dahulu arahkan kendaraan menuju Purwokerto, kemudian menuju luar kota, kita bisa ikuti papan petunjuk jalan menuju arah Ajibarang/Bumiayu. Kalau sudah di Cilongok bersiap-siaplah mencari papan petunjuk jalan arah Karang Tengah / Curug Cipendok, arahkan ke kanan. Ikuti jalannya saja, nanti disepanjang jalan ada petunjuknya kok. ari jalan besar tadi ke lokasi kurang lebih 8 km, jadi diperkirakan kalau dari Banyumas berjarak 30 km'an. Biasanya tidak sampai 2 jam, karena sampai lokasi air terjun jalanan sudah di aspal dan tempat parkir juga luas.  

Memasuki kawasam air terjun ini cukup dingin udaranya, karena sudah berada di ketinggian. Jika sudah sampai loket masuk maka kita diminta ambil tiket, per orang Rp. 7.000,-. Dari pintu masuk ini menuju lokasi parkir masih lumayan jauh. Namun pemandangan pepohonan rindang di tepi kiri kanan jalan tidak membuat kita bosan. Baru sesudah sampai parkiran, kita mulai trecking menaiki anak tangga yang berupa batu2 disusun di jalanan, entah berapa banyaknya, tapi kata orang di sekitar parkiran bisa dicapai dalam waktu 45 menit jalan santai.

 

Di jalan menuju lokasi, banyak warung yang menjajakan makanan khas Banyumas seperti mendoan, bakwan, mie dan berbagai minuman hangat dan dingin. 

Tempat wisata ini masuk dalam wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, sehingga sambil menaiki anak tangga tersebut kita bisa menikmati koleksi pohon2 disekitar hutan yang telah beri nama-nama pohonnya sekalian terutama jenis pohon2 yang langka. Tujuannya tidak lain diperuntukkan bagi para pelajar, di samping menikmati alam, mereka juga dapat mengenal tumbuh-tumbuhan langka yang hidup di tempat itu.

 
 

Oh ya,,untuk menuju ke lokasi ini belum ada angkutan umum, jika kita tidak menggunakan sepeda motor atau kendaraan pribadi maka kita bisa naik angkutan umum jurusan Purwokerto - Ajibarang dan berhenti di Karang Tengah, untuk ke dalamnya bisa naik ojek atau menyewa angkot tersebut. Ongkos ojek dan sewa angkot sayangnya tidak kami dapatkan informasinya, karena kebetulan kami kemarin rental mobil.

 
Jika kesininya pagi hari tidak usah buru2, apalagi kalau cuaca cerah maka kita bisa jalan santai menuju lokasi air terjun dengan tenang, karena tidak mengkhawatirkan hujan. Tapi kalau suasana musim hujan harap berhati-hati karena kadang tiba2 datang banjir bandang yang sangat membahayakan. 

Inilah tampilan air terjunnya, bayangkan jika air terjatuh dari ketinggian 92 meter, tentu dari kejauhan sudah terdengar suara yang bergemuruh. Sayangnya waktu kami datang, cuaca dalam keadaan mendung dan sudah mulai gerimis, sehingga kami tidak berani turun sampai kebawah.  Seharusnya jika cuaca cerah, kami bisa ber-main2 di kolam yang ada di bawah air terjun dan berenang menikmati dingin dan jernihnya air terjun. Tak apa karena kami mementingkan safety, dengan berfoto dari kejauhan dengan latar belakang air terjun saja sudah cukup puas. 




Itulah jalan2 kami kali ini kawans, sudah terbayar rasa penasaran kami selama ini, dan sudah terbukti kalau air terjun / curug Cipendok ini memang emejing banged,,,,tingginya yang mana tahan.

Jika kalian ada di luar kota Purwokerto, bisa menggunakan jalur kereta api dan turun di stasiun Purwokerto. Jalan2 sehari di sekitar Ajibarang akan bisa mendapatkan beberapa curug diantaranya Curug Nangga yang eksotik juga, jadi jangan sia2kan waktu kalian ya,,,,,

Sampai jumpa di jalan2 berikutnya dan salam jalan2 yuukkkk,,,!!










Jumat, 29 April 2016

ANTARA KUNINGAN - MAJALENGKA - CIREBON (20 - 21 Pebruari 2016)

Ketika itu pemberitaan mengenai kebun bawang di Argapura Majalengka memenuhi halaman berbagai media sosial, dan fotografer dar penjuru kota menyerbu kesana. Bagaimana kira2 tanggapan ibu2 petualang tentang berita ini ? Mereka dengan histeris berteriak " jadwal Majalengka harus dimajukan, jangan sampai nanti sudah basi baru kita kesana !" Widiiihhhh segitunya ya ? Akhirnya saya buka web PT KAI dan sheet tersedia untuk tanggal 20 - 21 Pebruari 2016, yo wezz kita berangkaaaaattttt,,,!!

Seperti biasanya kalau ibu2 jalan maunya duduk manis, akhirnya saya hubungi teman yang asli sana untuk mengantar kami jalan2 sekaligus bantu urusan penginapan dan sewa kendaraannya, jadilah perjalanan itu dibungkus seperti open trip dengan harga paket Rp. 500.000,- per orang sudah termasuk tiket kereta api Jakarta - Cirebon PP, sewa mobil Cirebon - Majalengka PP, homestay, guide dan makan 1x per hari.

Berangkat dari stasiun Senen jam 05.30 WIB menuju stasiun Cirebon Prujakan kira2 memakan waktu 3 jam sehingga sampai Cirebon diperkirakan jam 08.30, waktu yang tepat untuk sarapan nasi Jamblang.

Stasiun Cirebon Prujakan
   
Hari Pertama, 20 Pebruari 2016.

1. Nasi Jamblang Bu Nur

Nasi jamblang Bu Nur sudah semakin terkenal dan diminati wisatawan karena tempatnya yang bersih dan luas, walau harganya lebih mahal namun tidak menjadi masalah bagi mereka. Dan di depan nasi jamblang juga ada warung Bu Nur dengan menu empal gentong dan nasi lengko, jadi ada beberapa pilihan disini. 
Lokasi Warung Bu Nur

Lokasinya ada di jalan Cangkring, dekat dari stasiun Prujakan. Masakannya sangat beragam mulai dari tahu goreng, tempe goreng, sotong/cumi tinta hitam (blekutak), rendang, sate ati/usus/telor puyuh, oseng ampas kecap. udang goreng, orek tempe, sambal, lalap, ayam goreng, ikan goreng, perkedel, ikan asin, telor dll nya. Dan yang khas adalah nasinya dibungkus di daun jati.
Nasi Jamblang



Ini menu makan yang saya ambil, nasi 2 porsi, jengkol 2 buah, sate usus 2 buah, hati sapi 1 buah dan sayur tumis ampas kecap serta sambal. Menu ini sudah sangat memuaskan perut kami. 
Minumannya juga tersedia macam2 dan yang khas adalah jus mangganya.

Makan kami agak santai, karena masih menunggu teman dari Jakarta yang menggunakan kereta beda.  Selesai makam dan setelah teman datang maka kami langsung menuju Majalengka dengan menggunakan mobil elf dan mobil avanza. Oh ya,,untuk yang belum pernah ke Majalengka, diinfokan agar jangan naik kendaraan angkot karena tidak akan kuat nanjak. Maklum, jalanan menuju Majalengka sangat berkelok-kelok dan menanjak.


 



 2. Telaga Nilem Kuningan

Yaaaaa,,,ini Telaga Nilem yang berada di Pesawahan Kabupaten Kuningan Jawa Barat, beda dengan Telaga Nila yang ada di Majalengka. Telaga ini masih berada di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Airnya sangat jernih dan sekitarnya hutan yang rimbun membuat lokasi wisata ini sangat asri. 

 
Kondisinya masih sepi dan tidak terlalu ramai. Ketika kami kesini hanya ada 2 rombongan, dan kebetulan juga kenal saya, memang dunia sempit. Airnya sangat dingin, namun masih terlihat ada orang yang berenang dan snorkling.

Kalau yang hanya ingin main2 air cukup di kolam yang dangkal saja, sekitar 0 - 1,2 meter. Tapi kalau mau snorkling lebih baik ke kolam satunya yang lebih dalam, kurang lebih sampai 4 meteran. Dasar telaga  ini adalah bebatuan dan kerikil yang banyak ditumbuhi ganggang dan lumut. 

 
Fasilitas umum yang ada disini masih minim,  hanya ada 1 warung yang jualan makanan dan minuman namun tidak disediakan WC/kamar mandi. Cottage2 yang ada disekitar lokasi rupanya bangunan bekas tempat shooting film.

Lihatlah, airnya sangat jernih kan ? Sampai bayangan kami nampak jelas di air. Parit itu adalah yang membatasi antara telaga dangkal dan dalam. Jika kalian mau kesini bisa naik kereta atau bus, bisa naik angkot atau sewa kendaraan, tergantung sukanya apa.
  
Dari Stasiun Kejaksan / Prujakan ambillah perempatan Plered lalu belok kiri arah Sumber. dari perempatan pasar Sumber belok kanan ngikutin jalan utama Sumber - Kuningan/Raja Galuh. Jika sudah masuk daerah kecamatan Pesawahan belok kiri sejalur dengan Telaga Remis. Masuk kawasan TN Gunung Ciremai arah Telaga Remis. Sebelum telaga remis, sisi kanan terlihat parkiran untuk Telaga Nilem.

 

Kalau naik bus dr Kp. Rambutan lebih baik turun Plered Cirebon (Pasar Batik Trusmi). Dari Plered bisa nyambung naik angkot kemungkinan 2x oper lanjut ojek. Semoga jika kalian kesini suasana sudah lebih bagus lagi yaaaa....


3. Telaga Remis 

Rupanya banyak telaga di daerah Jawa Barat ini, sesudah dari Telaga Nilem kami melanjutkan perjalanan menuju Telaga Remis. Lokasinya juga di wilayah Kabupaten Kuningan tepatnya di kawasan Desa Kaduela, Kecamatan Mandirancan. Telaganya lebih luas dari yang sebelumnya dan sudah lebih tertata, banyak sekali pohon pinus disekitar telaga sehingga suasana sangat sejuk, namun ketika sampai sini pas ditengah siang bolong maka udara terasa sangat panas.


Dari pusat kota Kuningan kurang lebih 1 jam. Telaga ini sangat luas, kurang lebih 3,5 hektaran. Sedang luas area sekitarnya mencapai 13 hektar. Terdapat wahana sepeda air untuk berkeliling menambah keasyikan tersendiri saat berkunjung ke area wisata yang saat ini dikelola oleh Perum Kehutanan Kabupaten Kuningan.

Di sepanjang tepi telaga terdapat jalan setapak yang bisa dipakai untuk berjalan kaki. Bagi yang hobi memancing di Telaga Remis banyak terdapat aneka ikan  antara lain ikan mujair dan ikan mas.



Jika dari jauh, telaga ini nampak kehijauan, sangat indah dilihat, dan jika hari tidak terlampau panas maka sangat nyaman untuk melepas kepenatan. Tempat parkirnya juga sangat luas, dan kami sempatkan untuk duduk2 di halaman parkir sambil makan siang. Kenikmatan tiada tara makan siang bersama dalam suasana yang sudah keroncongan. 

Sesudah makan kami lanjutkan perjalanan menuju curug Ciepetey. Jangan lupa sampah2nya dibuang ke tempat sampah yaaa...


4. Curug Ciepetey

Jalan menuju curug sangat berkelok-kelok dan menanjak dan sempit pula, wow kudu pakai sopir yang handal dan sudah mengenal daerah ini dengan baik. Ada beberapa curug yang dijadikan objek wisata di Majalengka, namun curug yang sudah kami rencanakan untuk dikunjungi masih ditutup untuk umum mengingat baru saja terjadi longsor, sehingga kami alihkan ke curug yang saat ini tengah naik daun yaitu Curug Cipeuteuy.

Curug Cipeuteuy terletak di Blok Pasir Desa Bantaragung Kecamatan Sindangwangi. Berjarak kurang lebih 24 km dari Majalengka Kota atau 27 km dari Kota Cirebon. Curug ini dikelola oleh masyarakat sekitar yang tergabung dalam Mitra Pariwisata Gunung Ciremai (MPGC). Petunjuk jalannya sama seperti hendak menuju Telaga Nilem karena memang searah.

Masuk ke wilayah ini sudah kerasa dinginnya, jalanan masuk belum di aspal tapi hanya batu2 yang disusun/ditanam kedalam tanah jadi masih sangat licin. Sepanjang jalan menuju Curug Cipeuteuy terdapat pohon pinus yang berjajar rapih menambah asri objek wisata ini.  


Curug ini memiliki air yang jernih dan juga dingin, walau curug ini tidak terlalu tinggi kurang lebih hanya sekitar 5 Menter saja, namun dengan panorama dan air yang bening menjadi daya tarik tersendiri. Kemudian air curug ini ditampung dalam sebuah kolam agar pengunjung dapat bermain air atau berenang. 


Fasilitas lain yang tersedia disini adalah saung (gazebo), tempat duduk, toilet, serta tempat parkir. Hanya saja tempat parkir yang tersedia lebih untuk kendaraan roda dua, namun untuk roda empatnya sangat terbatas.
Kami sempatkan untuk shalat terlebih dahulu di gazebo sebelum menuju air terjun, karena saya lihat tempat shalatnya bersih dan air di tempat wudhunya sangat banyak tersedia, terbukti air disini sangat dingin dan segar. Baru saja kami selesai shalat, hujan mengguyur dengan derasnya, sehingga ketika kami menuruni anak tangga menuju curug harus lebih hati2 karena sangat licin. Beruntung teman2 saya di depan yang sudah berhasil foto2 di curug Ciepeteuy.


  
Beruntung kami prepare bawa jas hujan, sehingga dalam hujan lebatpun kami masih bisa menikmati indahnya Curug Ciepetey. Ternyata di dalam lokasi ini juga terdapat Bumi Perkemahan yang bisa menampung sampai sebanyak 2.000 orang peserta, yang telah dilengkapi dengan tempat pengambilan air minum, kayu bakar untuk kegiatan api unggun dan MCK. Ada juga permainan untuk anak2 seperti flying fox khusus untuk yang suka tantangan.
Mengapa dinamakan Curug Cipeuteuy rupanya karena banyak pete disini, juga cucur, emping, dan duren. Dan sepulang dari sinipun kami singgah ke penjual duren yang ada di pinggir jalan, sebutir duren harganya 20.000 dengan rasa yang standard duren lokal. 

Hari Kedua, 21 Pebruari 2016.

1. Kebun Bawang  Panyaweuyan Argapura

Dengar2 di Majalengka bakal ada bandara berskala internasional ya?? Waaah bakal berimbas ke sektor pariwisatanya doong ? Syukurlah, tak apa, karena sekarang memang masih dalam proses menggeliat ya ? Sejak para fotografer menyerbu Kebun Bawang Argapura, kontan, Majalengka jadi banjir wisatawan terutama yang punya hobby fotografi. Tapi kami juga jadi penasaran jika lihat foto2 kebun bawang yang lagi menghijau muncul di media sosial, apalagi terasiringnya yang unik itu membuat kami jadi mengcancel trip lainnya dan memprioritaskan Majalengka,,,,hahahahaha,,,ajib kan ? 

 
Bagus kan terasiringnya ? Ini terjadi karena wilayah Argapura letaknya ada di kaki gunung Ciremai, sehingga kontur tanahnya miring, nah petani gak kurang akal, dibuatlah lahan  kebun yang berundak, dan mereka gak sadar kalau perbuatannya sangat elok bagi kami yang suka keindahan alam semesta. Subhanallah,,,!!


Sebagian wilayah Kecamatan Argapura mempunyai ketinggian antara 400-2000 meter dpl, dan kemiringan tanahnya berkisar antara 25%-40%. Namun jalanannya sudah bagus, beraspal sampai ke atas sehingga mobil bisa mendaki sampai puncaknya, kita tidak khawatir akan kecapean.



Awalnya kami kesini hendak melihat sunrise, namun cuaca agak mendung, dan kekhawatiran ini sudah kami rasakan ketika kami disambut hujan di air terjun Ciepeutey. Walau tidak bisa melihat sunrise kami cukup puas dengan pemandangan yang adem dimata ini. Selebihnya kami gunakan foto2 saja, dan turun kembali ke tempat parkir mobil. Di situ ada warung yang menyediakan makanan kecil dan minuman hangat. Dan makanan khas berupa surabi telor, baru kali ini saya memakannya.


Ternyata musim tanam bawangnya tidak sama, terlihat di bagian lain ada yang tengah tumbuh namun belum rimbun benar, sehingga kami masih bisa masuk ke tengah2 area kebun bawang, tapi ingat kok, tidak sampai merusak tanaman ini.


Di bagian lainnya sudah ada yang sedang panen dan mulai menanam kembali. Jika kalian kesini pastikan tanamannya belum panen jadi nanti terasiringnya akan nampak menghijau indah sekali.


Terasering Panyaweuyan Argapura, secara administrasi berada di Desa Argamukti Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka. Berbarengan dengan kami, ada serombongan fotografer yang sedang belajar barangkali, karena nampak ada seorang yang sedang memberikan pengarahan tentang cara pengambilan angel yang tepat. Yaaa....kini terasering Panyaweuyan merupakan destinasi agrowisata yang menjadi salah satu surga bagi pencinta fotografi.
 
Jika ingin mencoba ke daerah ini dan menggunakan kendaraan sendiri maka carilah terminal Maja setelah itu mengikuti jalan yang mengarah ke Argalingga sampai di pertigaan Sadasari-Sukasari belok kanan. Setelah jembatan Cilongkrang belok kiri, atau bisa bertanya arah menuju Teja Permana/Cibunut atau Cibuluh.



2. Cadas Gantung

Cadas Gantung di Majalengka mendapat sebutan sebagai Tebing Keratonnya Majalengka, baiklah, berhubung belum kesampaian ke Tebing Keraton Bandung maka kami mulai perkenalan terlebih dahulu dengan Cadas Gantung. Dari arti katanya dapat di definisikan bahwa di tempat ini terdapat batu cadas yang berada di ketinggian seolah-olah tergantung di atas tebing. Siapa pula yang memberi nama ini kalau bukan para traveller yang berhasil menemukan tempat ini untuk pertama kalinya.


Jika sudah berada di atas ini, kita bisa menikmati pemandangan alam hijau terhampar luas dan yang pasti sangat menyejukan mata, hingga pada akhirnya mau mengabaikan kesulitan2 yang akan dicapai ke puncak ini. Sebenarnya tidak terlalu tinggi bukit ini, kurang lebih hanya 500-750 mdpl. Bagi pendaki tentu sangat mudah untuk mencapainya.

Trecking akan dimulai sesudah melewati persawahan ini, dan kita akan ketemu tulisan selamat datang, untuk kemudian berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang licin menuju tempat dimana Cadas Gantung berada.

Lokasi persisnya ada di desa Mirat Leuwimunding, dan diperkirakan akan memakan waktu 1 jam untuk menuju puncak. Lumayan juga kan, dan ternyata memang nafas kami serasa mau putus ketika jalanan sudah mulai curam, hanya air mineral yang bisa membantu untuk mengatasi ini. 
Gak berapa lamapun kami sampai di cadas yang pertama, disini sudah banyak yang antri untuk berfoto, saya pikir memang hanya sampai disini saja, saya sudah girang saja, ternyata ini belum sampai puncaknya.



Untuk menuju puncak akan lebih berat lagi treckingnya, disamping jalannya licin dan sempit juga belum ada pegangannya, terpaksa kita menggunakan pegangan teman yang ada disamping kita, beruntung punya teman baik sehingga tidak terlantar,,,,xixixi maklum sudah emak2,,,!




Ternyata Tebing Cadas Gantung memiliki bukit perkemahan yang bisa dijadikan sebagai tempat kemping atau berkemah. Lokasinya cukup landai karena berada di tempat yang dulunya digarap sebagai lahan pertanian. Luasnya kurang lebih sekitar 5 hektar. Bahkan posisinya pun sangat strategis untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi daerah wisata seputar Cadas Gantung. 

Setelah puas foto2 kamipun turun kembali, karena matahari begitu teriknya di atas sini,,,,sambil istirahat kita bisa menikmati jajanan yang tersedia di area parkir di bawah, ada bakso, surabi, dan makanan2 lain yang bisa dipakai untuk mengurangi rasa lapar kita.

3. Desa Wisata Gerabah Sitiwinangun Cirebon

Setelah makan siang di Cadas Gantung maka petualangan kami di Majalengka telah selesai, kami harus melanjutkan perjalanan menuju Cirebon untuk kemudian kembali ke Jakarta jam 16.30 menggunakan kereta api. Sebelum ke stasiun kami singgah ke desa wisata gerabah di Sitiwinangun.


Sitiwinangun diresmikan sebagai daerah wisata gerabah  karena sangat berpotensi sebagai penghasil kerajinan gerabah yang sudah dilakukan sejak lama. Ingat empal gentong kan ? Nah tempat kuah empal yang disebut gentong itu dibuat di desa ini. Hampir setiap rumah di desa Sitiwinangun sebagai produsen gerabah.


 

Kepala Urusan Pembangunan desa Siriwinangun nampak sedang menjelaskan mengapa desa Sitiwinangun ditetapkan menjadi desa wisata dan pembenahan2 sedang dilakukan saat ini mengingat target pemda Cirebon menjadikan wisata gerabah ini sebagai wisata andalan adalah sekitar tahun 2017. Dan memang ketika kami datang hari Minggu tanggal 21 Pebruari 2016 maka peresmiannya baru di tanggal 20 Pebruari, jadi baru berumur sehari ya ? Jangan2 rombongan KJJI adalah pengunjung yang pertama.

Sambil menjelaskan proses pembuatan gerabah, kamipun diajak berkeliling ke setiap sudut rumah salah satu pengrajin ini. Banyak sekali gerabah2 yang menjadi koleksi rumah ini, dan di halamannya juga banyak yang baru saja selesai dibentuk yang kemudian dijemur di bawah panas matahari. 

 


Semoga impian Pemda Cirebon menjadikan Sitiwinangun menjadi objek wisata andalan Kota Cirebon akan berhasil ya,,,,
Tidak lengkap rasanya apabila ke Cirebon tapi tidak membeli camilan khas Cirebon, kamipun singgah di toko Haji Daud sebagai pusat oleh2 khas Cirebon yang sangat terkenal itu. Kenapa terkenal, rupanya karena design interior toko tersebut beda dari toko lainnya. Terlihat di dinding toko dihias dengan batik khas Cirebon yaitu batik motif Mega Mendung, sehingga pengunjung yang datang kesini akan langsung melihat keunikan batik tersebut dengan harapan bisa membeli tentunya.

Teman2 langsung pada menyerbu ke dalam dan membeli berbagai oleh2 kesukaan masing2, saya hanya makan tahu gejrot yang merupakan makanan khas Cirebon juga. Ketika sedang menyantap tahu gejrot, terdengar suara musik barongsai yang melintas di seberang toko Haji Daud,,,yaaaa memang masih dalam suasana hari Raya Imlek,,,hayaaaaaa,,,,!! Dapat tontonan gratis pulak,,,,,

Ruang tunggu Stasiun Prujakan Cirebon


Sudah selesai perjalanan 2H1N kita di Kuningan - Majalengka - Cirebon kawans,,,,,semoga tulisan ini bermanfaat dan sampai ketemu di jalan2 berikutnya,,,!

Salam Jalan2 Yuuukkk,,,!!